Mohon tunggu...
AZNIL TAN
AZNIL TAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Koordinator Nasional Poros Benhil

Merdeka 100%

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Solusi Ancaman Krisis Pangan Ditengah Wabah Corona (1)

23 April 2020   20:23 Diperbarui: 28 April 2020   21:20 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Koleksi Pribadi

Jika  pemerintah lalai melakukan perencanaan dari sekarang dan tidak berhemat maka pada *April 2021* akan terjadi krisis beras kategori bahaya (level merah), apabila wabah masih terus berlangsung.

Tentang langkah pemerintah melakukan impor untuk memenuhi kontinuitas ketersediaan beras nasional merupakan langkah yang tidak masuk akal.

Saya menyakini, negara-negara pensuplai akan berpikir seribu kali untuk memasok bahan pangannya  ke Indonesia pada saat kondisi sekarang. Mereka pasti lebih mengutamakan stok ketersediaan pangan negaranya daripada negara lain. Apalagi masa wabah Corona ini tidak bisa diprediksi berapa lama akan berlangsung melanda negaranya dan dunia.

Terbukti, Vietnam mengambi langkah memprioritaskan pada ketahanan pangan dalam negerinya dibandingkan mengekspor produksi pangannya ke negara lain, termasuk Indonesia. Dalam keterangan resminya, Vietnam fokus mencadangkan 270.000 ton beras dan 80.000 ton gabah untuk memenuhi kebutuhan pangan warganya selama pandemi corona. Untuk itu, Kementerian Keuangan Vietnam telah memutuskan menunda perjanjian ekspor beras guna memenuhi cadangan dalam negerinya.

Asosiasi Eksportir Beras Thailand mengatakan pada Rabu (12/02/2020) bahwa  Thailand terjadi penurunan target ekspor ke negara lain. Ini disebabkan dampak dari sejumlah faktor seperti kekeringan dan  fluktuasi nilai tukar mata uang serta penulran wabah di negaranya.

Menteri Perdagangan RI pada tanggal 5 April kemarin juga telah mengakui bahwa importasi beras dalam beberapa waktu ke depan bakal sulit dilakukan. Ia menyatakan negara asal yang biasa menyuplai beras saat Indonesia membutuhkan impor juga tengah mengalami kesulitan pasokan.

Jagung

Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan dan Kementan bahwa kebutuhan total penggunaan jagung 15,5 juta ton - 17 juta ton per tahun. Sedangkan klaim hasil produksi jagung nasional 29 juta ton.  

Meskipun diklaim surplus, faktanya pasokan jagung dari impor masih relatif besar. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) volume Impor Jagung sepanjang Januari-Juni 2019 mencapai 580 ribu ton.  Pada 2018 mencapai 737.228 ton dari tiga negara, yakni Argentina sebanyak 326.580 ton, Brasil sebesar 222.578 ton, dan Amerika Serikat sebesar 186.142 ton.

Berdasarkan laporan Kementerian Pertanian, bahwa ketersediaan jagung 13.741.071 ton, sedangkan kebutuhan 9.096.555 ton. Artinya, stok ketersediaan jagung adalah aman sampai Agustus.

Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan, produksi jagung akan mencapai 9,3 juta ton selama masa panen yang berlangsung pada Maret hingga April 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun