Mohon tunggu...
Azkia Salsabila
Azkia Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

Saya adalah seorang mahasiswi angkatan 2024 yang memiliki kepribadian INFP, memiliki minat yang tinggi terhadap bahasa dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengoptimalkan Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di PAUD Sagalaherang, Subang

19 Oktober 2025   17:46 Diperbarui: 19 Oktober 2025   17:46 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto MBG yang disajikan di salah satu PAUD Sagalaherang, Subang. (sumber: dokumen pribadi)

Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mendukung tumbuh kembang anak sejak dini. Melalui program ini setiap anak diharapkan dapat memperoleh asupan gizi seimbang tanpa membebani orang tua, terutama di wilayah pedesaan seperti Sagalaherang, Subang.

Namun, dalam pelaksanaannya, program MBG di PAUD Sagalaherang masih menghadapi sejumlah tantangan. Menu yang disediakan sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan maupun selera anak-anak. Akibatnya, sebagian makanan tidak habis dikonsumsi dan bahkan terbuang. Kondisi ini membuat tujuan utama program, yaitu untuk memenuhi kebutuhan gizi anak secara optimal, belum sepenuhnya tercapai.

Tantangan Pelaksanaan

Ada dua hal utama yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program ini. Pertama, menu makanan yang disajikan terkadang terlalu berat dan kurang disesuaikan dengan usia anak-anak PAUD. Makanan yang seharusnya sederhana dan menarik justru tampak membosankan bagi mereka.

Kedua, pengelolaan program dilakukan oleh dewan yang juga memiliki berbagai tanggung jawab lain di luar MBG. Karena itu, perhatian terhadap menu, porsi, dan variasi makanan anak-anak masih belum maksimal.

Dampak yang Dirasakan

Kurangnya penyesuaian menu berdampak langsung pada perilaku makan anak-anak. Banyak anak tidak menghabiskan makanan mereka karena rasa atau tampilannya tidak menarik. Selain itu, anggaran yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan gizi anak menjadi kurang efektif karena sebagian makanan terbuang sia-sia.

Solusi yang Dapat Diterapkan

Salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah mengubah olahan makanan agar tampilannya lebih menarik dan sesuai dengan selera anak-anak. Misalnya, jika anak kurang menyukai sayur, maka sayuran dapat diolah menjadi sesuatu yang lebih kreatif seperti nugget dan mie yang berbahan dasar sayuran, atau makanan lain yang dibentuk lucu seperti hewan, bintang, dan angka.

Dengan tampilannya dan rasa yang lebih menarik, anak-anak akan lebih antusias untuk makan. Langkah sederhana ini juga dapat membantu memastikan bahwa kebutuhan gizi anak benar-benar terpenuhi. Selain itu, pengelola program bisa melibatkan guru atau orang tua dalam merancang menu agar cita rasa lokal tetap terjaga namun tetap memenuhi standar gizi seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun