Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mendukung tumbuh kembang anak sejak dini. Melalui program ini setiap anak diharapkan dapat memperoleh asupan gizi seimbang tanpa membebani orang tua, terutama di wilayah pedesaan seperti Sagalaherang, Subang.
Namun, dalam pelaksanaannya, program MBG di PAUD Sagalaherang masih menghadapi sejumlah tantangan. Menu yang disediakan sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan maupun selera anak-anak. Akibatnya, sebagian makanan tidak habis dikonsumsi dan bahkan terbuang. Kondisi ini membuat tujuan utama program, yaitu untuk memenuhi kebutuhan gizi anak secara optimal, belum sepenuhnya tercapai.
Tantangan Pelaksanaan
Ada dua hal utama yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program ini. Pertama, menu makanan yang disajikan terkadang terlalu berat dan kurang disesuaikan dengan usia anak-anak PAUD. Makanan yang seharusnya sederhana dan menarik justru tampak membosankan bagi mereka.
Kedua, pengelolaan program dilakukan oleh dewan yang juga memiliki berbagai tanggung jawab lain di luar MBG. Karena itu, perhatian terhadap menu, porsi, dan variasi makanan anak-anak masih belum maksimal.
Dampak yang Dirasakan
Kurangnya penyesuaian menu berdampak langsung pada perilaku makan anak-anak. Banyak anak tidak menghabiskan makanan mereka karena rasa atau tampilannya tidak menarik. Selain itu, anggaran yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan gizi anak menjadi kurang efektif karena sebagian makanan terbuang sia-sia.
Solusi yang Dapat Diterapkan
Salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah mengubah olahan makanan agar tampilannya lebih menarik dan sesuai dengan selera anak-anak. Misalnya, jika anak kurang menyukai sayur, maka sayuran dapat diolah menjadi sesuatu yang lebih kreatif seperti nugget dan mie yang berbahan dasar sayuran, atau makanan lain yang dibentuk lucu seperti hewan, bintang, dan angka.
Dengan tampilannya dan rasa yang lebih menarik, anak-anak akan lebih antusias untuk makan. Langkah sederhana ini juga dapat membantu memastikan bahwa kebutuhan gizi anak benar-benar terpenuhi. Selain itu, pengelola program bisa melibatkan guru atau orang tua dalam merancang menu agar cita rasa lokal tetap terjaga namun tetap memenuhi standar gizi seimbang.