Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

9 Jurus Kecakapan Mengelola Duka, Membangun Citra Positif Diri

14 Juni 2021   09:14 Diperbarui: 14 Juni 2021   14:05 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perjalanan duka jadi bahagia  Wisata Bunga Matahari (Ismet Selamet/detikcom)

Membangun citra diri tak mudah,  apalagi saat ditinggalkan orang tercinta,  tapi kalau kita bisa melaluinya dengan tabah, anggun dan elegan,  bisa jadi anda akan dinilai sebagai pribadi yang tangguh,  tanggap dan tanggon. Kecakapan mengelola trauma kehilangan ini. Penting,  apalagi di jaman pandemik ketika terlalu banyak yang sakit juga wafat,  pergi ke alam lain meninggalkan kita di bumi ini. 

Ketika ada salah satu yang tercinta pergi dari pelukan hangat kita. Kadang perginya tanpa pamit lantaran mendadak tanpa isyarat dipanggil yang maha kuasa. Biasanya ada lubang luka, dalam,  merah,  perih terasa. Sakit kehilangan orang terkasih itu,  nyerinya tak terkira. Dari ujung rambut sampai ujung jempol kaki. Adakah cara khusus mengelola rasa kehilangan itu,  hingga tak sampai hilang diri, hilang akal ini?

Apa yang dirasakan tubuh,  raga juga jiwa, sakitnya tiada. Terkira. Bagaimana tidak separuh jiwa pergi, belahan jiwa diambil bwgitu saja,  terasa ada ruang berongga di bagian dalam jiwa. Bagaimana bisa kita tersenyum, menikmati. Kenikmatan nasi lauk di piring, manisnya minuman di cangkir.semua kenikmatan hidup hari-hari mendadak sirna,  hilang begitu saja.

 Semua terasa kosong sepi,  menghanyutkan, Saat ibu,  ayah,  suami, istri,  anak,  kerabat dekat, sahabat,  guru, teman sejawat,  kawan satu angkatan wafat, diipanggil. Ke rumah Tuhan. Apakah perlu batin ini kita biarkan luka dan berdarah saat yang sangat mengisi ruang kosong batin selama ini , sekonyong -konyong pergi pindah dunia ?!.

Adakah cara sederhana yang bisa. Kita lakukan saat jiwa sedang lesu,  trauma berduka., perhatikan hal-hal. Ini jangan sampai terlewat, agar kita bisa berduka dalam takaran wajar berduka tidak berlebihan. Yaitu :

1. Siapapun itu yang terkasih, yang paling dihormati,  yang paling berjasa, yang tersayang predikat apapun yang anda sampirkan pada yang telah wafat. Lepaskanlah. 

Let He/She/Them/it go !.

Seperti burung seindah apapun,  didalam sangkar emas di rumah. Walau makan minumnya terjamin. Sebetapapun indah kicauan, warna warni tarian burung kesayangan anda, pada waktu birahi, pada waktu angin pengapung tinggi memanggil. Biarkan burung 'ruh' klangenan itu lepas terbang bebas dari raga "kandang emas"
, sebebas-bebasnya.

2. Apapun sebab kematiannya, entah wafat mendadak di ranjang  di kursi,  dii Mobil Atau dimanapun. Terimalah. Biasanya yang pergi sempat pamit, tapi banyak yang tidak,  Karena jarang insan manusia yang bisa menatap, meneropong ke depan, kecuali yang biasa mengolah rasa,  jiwa dan batinnya seimbang.

3. Ada yang pergi karena covid 19, ada yang karena kecelakaan, ada yang karena menjadi korban kejahatan,  terimalah dengan ikhlas dan hati terbuka. Jangan menganggap. Kematian almarhum,  atau almarhumah yang amat di hati anda, sebagai hal aneh,  yakinilah bahwa perginya " khusnul khotimah",  berakhir dengan  baik dan kembali ke rumah Tuhan dengan apapun cerita menyertai kepulangannya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun