Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Hore, Dapat "Bentik" Ramadan dari Ayah!

18 April 2021   01:28 Diperbarui: 18 April 2021   01:50 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mbah So sang penyembuh sakit rindu Ayah (foto portal.spiritual Bali)  

Seketika itu,  aku merasakan kesejukan luar biasa. Dsri kepala turum ke badan lalu ke tangan dan kaki. Lamat lamat kudengar Mbah So berkata dengan berwibawa kepada semua yang ada di rumah nenek.

"Tole,  cah bagus,  ini kangen bapak. Suruh pulang dia pingin Ramadan sama bapaknya. Untuk obat. Sementara,  kasih baju bapaknya, syukur yang belum dicuci. Nanti. Kangennya bisa terobati. Jelas?!, " mata Mbah So mendelik menekankan isi pesannya. Sebelum berjalan pulang,  penuh wibawa seperti angin lembut.

Kemudian aku tertidur pulas. Entah karena suwukan alias semburan garam bermantera yang ampuh dari Mbah So. di kombinasi dengan baju 'senguk' Ayahku,  yang sengaja disimpan Bu Lik,  buat obat Kangenku.  Aroma asem asem aneh,  dari baju batik Ayah,  menenangkanku. Menyembuhkanku, suhuku turun dan sakit kepala hebatku menghilang.

Seminggu kemudian, aku sudah mukai. Kuat puasa. Lagi.  Ada yang mengetuk ngetuk pintu kamarku. Tumben pikirku,  biasanya Nenek,   Bu Lik atau Pak Lik masuk tanpa permisi,  di kamarku yang tak terkunci. Dengan kepala masih berat karena kurang tidur sahur tadi.  Aku memaksakan diri,  membuka pintu kamarku.

Krieeet!
Begitu pintu kubuka ada wajah yang oaling kurindukan.  Senyumnya sedikit tapi manis diantara kumisnya yang baplang.ada akar bahar di tangan.kanannnya.dialah Ayahku. Aku langsung menghambur memeluk tubuh yang atletis dan kokoh itu. Kangenku langsung hilang. Sakit hatiku hilang sama sekali. Puasaku jadi ringan tak terasa sama sekali.

Seharian itu,  aku tidak mau jauh jauh dari Ayah, mendengar ceritan  Beliau tentang Jakarta yang banyak. Lampu dan buasnya hewan di perilaku pemgendara warga kota. Dari Ayah,  aku baru tahu, Ibu akan menyusul. pulang,  seminggu sebelum lebaran. Asyik.

Lengkap,  Ramadan kali ini,  bisa dibilang aku anak yang paling bahagia bisa puasa Ramadan bersama Ayah. Aku larut dalam  kebahagiaan yang sempurna.

"Holil,  Holil  . Main 'bentik', Yuk !," ajak teman mainku ramai ramai dari teras rumaj. Aku diam seribu bahasa. Serba salah.  Satu bagian kakiku ingin bersama ayah. Satu bagian lagi ingin bermain bentik,  permainan seru,  menggunakan dua batang kayu, panjang dan pendek.
Satu memukul dari lubang tanah atau tangan,  yang lainnya mencoba menangkap batang yang kecil dengan tangkas.  Seru deh. Kalian harus mencobanya suatu hari.

Melihat aku diam,  tak bergerak dan salah tingkah. Ayah segera menggapai atas lemari.  Dari atas tempat pakaian beliau mengeluarkan dua batang kayu panjang dan pendek yang sudah agak berdebu. Beliau lap sepasang batang kayu yang sudah dikupas  kulitnya dan berwarna coklat tua itu,  penuh perasaan.

"Ini bentik. Ayah,  jaman Ayah kecil,  disembunyikan diatas lemari sini,  ternyata nenekmu tidak tahu. Mainlah sana,  bergembira lah,  tapi ingat. Puasamu nggak boleh batal ya.," pesan Ayah,  sambil memberikan kayu. Buat alat main bentik itu padaku. Aku langsung menerima sepasang kayu bagus itu,  memcium tangan Ayah. Dan berlari menghambur keluar. Hore!  
hore!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun