Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Amok Dewi Bulan, Menghisap Tumbal Perjaka

20 November 2020   14:10 Diperbarui: 20 November 2020   17:06 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sang Dewi Bulan Pujaan (depositphotos)

"Ssst, Kang, Kang Mulyo, bangun Kang, aku Takut..", bisikku pelan pelan mencoba membangunkan senior instruktur survival di Alas Larangan ini, tapi beliau tak terbangun, tinggal aku, mengintip diantara daun para para, atap sementara kami berlindung tidur di malam yang wingit ini.Sinar bulan bersinar redup tapi menerang seluruh luasan pohon pohon bonsai  berusia ratusan tahun disini. 

Entah mereka salah apa, semua pohon disini mini, hanya setinggi gajah saja, banyak sedada manusia. Beringin pun tak berdaya, entah di bawah tanah ada batuan keras dan hitam, atau ada kutukan penyihir jalang yang membuat tanah hutan disini tak subur dan membuat pohon raksasa tumbuh mini dan menderita. Rumput, humus pun malas tumbuh disini. Sungguh, ini hutan tempat penyihir jahat singgah di masa lalu, dan membuang limbah amarah dendam kesumat sihirnya disini. 

Harus yang hatinya kukuh dan baja,untuk bisa menjelajah barang semalam disini. Petualang rimba setengah hati tak akan sampai disini. Pasti bergidik, dan rontok nyalinya.

Raung serigala, anjing liar, beruang, angsa liar, ramai terdengar menyeluruh hamparan berhawa mistis. Begitu berisiknya, Kang Mulyo pelatih jelajah alamku malah tidur pulas sepulas - pulasnya, sekarang bunyi ngoroknya terdengar seperti kereta bahan bakar arang kayu, kuno, berisik, menyeramkan. 

Beberapa jenak bulu kudukku bergidik, meremang seluruh buluku. Katanya bila situasi demikian, ada penampakan hantu. Tapi senter kepala sudah kusorot berputar 360 derajat, berkali kali. Tak kudapat jejak apa apa. Aneh, lalu kenapa binatang binatang liar itu berisik tak keruan, andai aku paham bahasa binatang, mungkin semua sedang mengabarkan, datang kekuatan jahat ke bumi.

Entah keluar dari pohon bonsai terbesar, entah dari rengkahan bumi terdalam. Aku tak tahu. Semua kusorot sia sia.

Mendadak sunyi, raung hewan hewan ganas tadi, sunyi, sesepi sepinya. Ganjil benar benar tak masuk akal. Tapi bagus lah
Aku jadi bisa tidur sejenak, di ujung malam tak seberapa sisanya ini.

Beralas kasur semak semak  yang kami susun sepanjang sore tadi dan beratap daun para para sekedarnya. Sebetulnya semua ini indah, kalau saja..

Langit jernih biru. Bintang bintang terlihat terang dan berkerdip menebarkan pesona malam  yang istimewa ini. Ada lingkaran halo yang melingkari langit sekitar bulan yang sinarnya jernih memukau. Lalu turun cahaya kuat, lurus jatuh lembut ke arah hutan ini. Seperti sosok manusia putih bercahaya.

Rambutnya kekuningan panjang bergelombang. Parasnya ayu bajunya tipis panjang, nyaris tak menyembungikan kulit indahnya..hanya renda renda mungil yang melindungi bagian vitalnya. Nyaris tembus pandang.

Aku tergeragap, siapakah putri dari langit. Alien-kah ?
Atau peri hutan, atau justru dia Dewi Bulan, yang diceritakan Kang Mulyo, menelan jiwa jiwa perjaka tanpa ampun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun