Hiruk pikuk perataan kontur tanah di sekitar Rawa Bahagia, hari itu meningkat. Datangnya alat traktor mini, sungguh membuat para pekerja kopi yang jadi relawan proyek penataan areal jadi makin semangat. Juno yang kebagian tugas, menjalankan alat itu sangat bergegas, memanaskan mesin dan melakukan persiapan awal.
Mesin traktor sudah hidup, suaranya memecah pagi yang hening. Saat bersiap menjalankan aksi pertamanya. Juno tergoda dengan harum.kopi yang disiapkan Yu Bilih di bawah gerumbul bambu. Aroma kopi robusta itu menggelitik hidungnya.
Spontan dia turun begitu saja dari kemudi traktor yang sedang dipanaskan mesinnya. Dua tiga langkah ia sudah menyambar salah satu gelas, dan meminumnya dengan sekali teguk. Masih agak panas, tapi ampuh mengusir dingin dari badannya.
Tanpa disadarinya, entah apa yang menggerakkannya, traktor itu berjalan sendiri dengan gigi persneling tertinggi. Mengarah ke dalam cekungan dalam raawa.
"Juno awas traktornya nyemplung rawa ! ", ramai orang berteriak mengingatkannya.
Juno terkesiap..ia segera berlari mengejar mesin yang jadi tanggung jawabnya. Makin cepat ia berlari, makin cepat pula laju traktor itu menuju pusaran air. Di bagian ceruk terdalam.
Pada kesempatan terakhir, Juno masih mencoba melompat ke bagian belakang traktor, tapi terlambat kendaraan berat itu sudah keburu nyemplung ke dasar.
Para pekerja, orang - orang terkesiap, sungguh kejadian yang tidak masuk nalar. Semua ramai menyalahkan Juno karena sembrono.
"Traktor giginya netral, belum saya masukkan ke gigi maju..", kata Juno membela diri. Penjelasannya makin membuat orang - orang ngeri, betapa kendaraan itu bisa bergerak maju sendiri, bisa jadi benar cerita keangkeran Rawa Bahagia selama ini.
Saat orang ramai berkomentar, datanglah mandor Jayo, yang tahu situasi persis lingkungan Rawa disitu. Mukanya masih sembab karena baru bangun, ia biasa  melek mencari ilham sambil meneguk ciu kesukaannya.
Semua orang panik dan berharap sepenuhnya pada Mandor Jayo, yang dikenal sakti mandraguna. Demit, jin, peri perahyangan konon pada takut pada aura gahar si Mandor, karena ia mewarisi kesaktian  ayahnya, kakeknya, buyutnya yang semuanya dukun desa. Hanya Mandor Jayo yang belum buka praktek resmi, tapi hampir semua masalah kegaiban di situ selalu diserahkan padanya untuk diberikan solusi.