Mohon tunggu...
azka putri salsabila
azka putri salsabila Mohon Tunggu... mahasiswi S1 perbankan syariah

mahasiswi program studi S1 perbankan syariah fakultas ekonomi dan bisnis universitas Alma ata

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Cuan dari Scroll TikTok? Mahasiswa Wajib Tahu Fakta Bisnis Affiliate

13 Juli 2025   18:40 Diperbarui: 13 Juli 2025   18:38 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

I. PENDAHULUAN

 Akhir-akhir ini, ada satu trend yang mulai banyak menarik perhatian, khususnya di kalangan mahasiswa: affiliate marketing. Seperti yang kita ketahui bersama, seseorang yang melakukan affiliate marketing akan mendapatkan komisi setiap kali produk yang terhubung dengan tautan yang mereka sebar dibeli oleh orang lain. Affiliate marketing menawarkan kemudahan yang sangat menggoda, tapi harapan tersebut tidak sepenuhnya seperti kenyataannya. Alih-alih mendapatkan komisi yang besar, orang yang melakukan affiliate marketing justru mengalami kendala. Meskipun kesulitan, peluang dalam bidangnya sangatlah menjanjikan.

TikTok saat ini menjadi salah satu aplikasi yang paling disukai di antara mahasiswa. Tak hanya untuk hiburan, platform ini juga digunakan sebagai sumber penghasilan, terutama melalui program TikTok Affiliate. Penelitian yang dilakukan Viona dan tim (2025) dari Universitas Muhammadiyah Riau mengungkapkan bahwa mahasiswa yang secara aktif memakai TikTok memiliki peluang untuk mendapatkan tambahan pendapatan sebesar 20-50% dari total penjualan produk hanya dengan membagikan link afiliasi.

Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian dari Universitas Negeri Surabaya yang menemukan bahwa affiliate marketing punya pengaruh besar terhadap minat beli mahasiswa Gen Z, khususnya lewat TikTok Shop. Konten yang singkat, menarik, dan terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari membuat mahasiswa gampang tergoda untuk belanja, bahkan saat awalnya cuma iseng scroll.

Sebaliknya, kebiasaan belanja mahasiswa saat ini semakin terpengaruh oleh algoritma dari media sosial, promosi yang dilakukan oleh para influencer, serta pengaruh FOMO atau ketakutan akan kehilangan tren. Khotimah dan timnya (2024) dalam studi mereka menemukan bahwa adanya program affiliate marketing telah mendorong mahasiswa untuk melakukan pembelian dengan lebih impulsif, bahkan untuk barang-barang yang sebelumnya tidak mereka rencanakan untuk dibeli.

Dengan perkembangan teknologi dan meningkatnya penggunaan media sosial, serta peluang bisnis yang tidak memerlukan investasi besar, affiliate marketing kini telah menjadi bagian yang permanen. Untuk sejumlah mahasiswa, ini telah menjadi cara yang logis untuk mendapatkan uang dari rumah—hanya dengan membagikan tautan.

II. TEORI: SOCIAL INFLUENCE (Pengaruh Sosial)

Herbert Kelman (1958) menyatakan bahwa terdapat tiga tipe utama pengaruh sosial yang dapat memengaruhi perilaku individu, yaitu compliance, identification, dan internalization.Kepatuhan terjadi ketika seseorang melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan manfaat atau menghindari sanksi, meskipun sebenarnya belum tentu meyakini tindakan tersebut.Identifikasi terjadi ketika seseorang melakukan perilaku tertentu karena ingin meniru orang yang dikaguminya atau merasa dekat dengan individu tersebut. Sementara itu, internalisasi terjadi ketika individu mengadopsi nilai atau sikap tertentu karena sesuai dengan keyakinan atau sistem nilai pribadi mereka. Dalam dunia usaha affiliate, konsep ini sangat penting. Mahasiswa yang berfungsi sebagai pembuat konten dapat memengaruhi audiens untuk membeli produk hanya dengan menambahkan tautan. Keberhasilan ini terkait erat dengan kepercayaan dan dampak sosial yang mereka ciptakan di platform digital (Kelman, 1958).

III. PEMBAHASAN

Teori Social Influence dari Kelman (1958) sangat relevan untuk memahami bagaimana sistem affiliate marketing bekerja di kalangan mahasiswa. Saat seorang mahasiswa menjadi kreator konten dan membagikan tautan produk, bentuk-bentuk pengaruh sosial seperti compliance (kepatuhan karena imbalan), identification (keinginan untuk meniru sosok yang dikagumi), dan internalization (keyakinan terhadap pesan yang diterima) dapat menjadi dorongan bagi audiens untuk melakukan pembelian (Kelman, 1958).

Temuan ini diperkuat oleh riset dari Universitas Kristen Petra. Susanto (2023) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa program Shopee Affiliate secara signifikan meningkatkan niat beli pengguna, terbukti dari nilai T-statistik sebesar 4,312 (p < 0,001). Ini membuktikan bahwa promosi melalui tautan mampu memengaruhi keputusan konsumen (Susanto, 2023).

Fenomena serupa juga tampak jelas di platform seperti TikTok. Mahasiswa yang menjadi kreator konten menggunakan fitur TikTok Affiliate untuk menyebarkan link produk yang mereka ulas. Berdasarkan penelitian dari Universitas Negeri Surabaya, strategi ini terbukti efektif dalam mendorong minat beli Gen Z, terutama karena kontennya singkat, menarik, dan mudah dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari (Brilianita & Sulistyowati, 2023).

Selain itu, kedekatan emosional yang dibangun antara kreator dan penonton menciptakan hubungan parasosial, yaitu ikatan satu arah yang terasa personal walaupun tidak ada interaksi langsung. Dalam konteks digital, hubungan ini cukup kuat untuk memengaruhi keputusan pembelian, terlebih ketika kreator dianggap jujur dan autentik (Sissy et al., 2022).

Bukan hanya menumbuhkan niat membeli, affiliate marketing juga berkaitan dengan perilaku konsumtif yang cenderung impulsif. Studi dari STIEMB (2025) mengungkapkan bahwa konten promosi seperti ulasan produk dan link affiliate dapat memicu pembelian spontan dengan pengaruh yang signifikan (t = 7,040; p < 0,001), di mana audiens cenderung tertarik tanpa mempertimbangkan secara mendalam (Jurnal MEA, 2025).

Penelitian dari Denpasar turut menyoroti bahwa kepercayaan konsumen terhadap tautan affiliate dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kejelasan informasi, reputasi pembuat konten, kualitas produk, serta kesesuaian konten dengan kebutuhan audiens (Piliana et al., 2024).

IV. KESIMPULAN

Di tengah kemajuan era digital saat ini, affiliate marketing bukan lagi sekadar tren sementara, tetapi telah berkembang menjadi peluang nyata yang sebaiknya diperhatikan oleh mahasiswa. Cukup dengan menggunakan media sosial dan keterampilan dalam membuat konten yang menarik, mahasiswa dapat mulai memperoleh penghasilan tambahan dengan membagikan tautan produk. Fenomena ini semakin meluas, terutama di platform seperti TikTok dan Shopee

yang menyediakan program afiliasi dengan sistem komisi langsung untuk setiap penjualan yang berhasil mereka capai.

Berdasarkan teori Social Influence dari Kelman (1958), pilihan seseorang untuk melakukan pembelian melalui tautan afiliasi sangat dipengaruhi oleh aspek sosial—baik karena kepercayaan terhadap pembuat konten, keinginan untuk menirukan orang yang dikagumi, maupun karena pesan yang disampaikan sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka. Dalam konteks ini, mahasiswa yang berfungsi sebagai pencipta konten memiliki dampak signifikan dalam membangun kepercayaan dan memengaruhi tingkah laku audiens secara psikologis serta emosional.

Berbagai penelitian terbaru juga memperkuat hal ini, menunjukkan bahwa affiliate marketing memiliki dampak signifikan terhadap minat membeli, keputusan pembelian, dan bahkan memicu perilaku belanja impulsif. Fakta ini menunjukkan bahwa selain menghasilkan keuntungan finansial, program afiliasi juga merupakan metode pemasaran yang efisien. Namun, pencapaian tersebut juga dipengaruhi oleh elemen-elemen seperti keterbukaan informasi, kepercayaan kreator, serta mutu konten yang disajikan—semuanya krusial untuk menciptakan kepercayaan yang berkelanjutan dengan audiens.

Dengan cara ini, mahasiswa tidak hanya perlu mengerti tentang konsep affiliate marketing, tetapi juga dapat mulai menggunakannya sebagai alat untuk meningkatkan literasi digital serta kemandirian ekonomi. Usaha ini luwes, tidak memerlukan investasi besar, dan dapat dilakukan di antara kegiatan kuliah. Walaupun begitu, sangat penting bagi mahasiswa untuk selalu mengedepankan etika digital dan memastikan bahwa produk yang mereka tawarkan benar-benar memberikan manfaat yang nyata untuk para pengikutnya.

Dengan demikian, bisnis afiliasi bukan hanya soal "mendapat uang dari tautan", tetapi juga mengenai peran mahasiswa dalam mengembangkan ekosistem digital yang lebih cerdas, inovatif, dan bertanggung jawab.

 Azka Putri Salsabila adalah mahasiswa S1 Perbankan Syariah Universitas Alma Ata Yogyakarta. Ia tertarik pada isu digital, ekonomi kreatif, dan peluang bisnis mahasiswa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun