Mohon tunggu...
Azka Muzhaffar
Azka Muzhaffar Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Mahasiswa

Mahasiswa Antropologi Universitas Brawijaya Tahun Angkatan 2018

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Etnografi Digital: Dunia Maya, Virtual, dan Nasib Penelitian Antropologi di Masa Depan

2 November 2020   15:10 Diperbarui: 4 November 2020   02:49 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Virtual | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels

Bagaimana kalau saya bilang bahwa Antrpologi akan mengalami transisi lagi menuju fokus yang baru di era ini, yaitu di era digital ini. Kita telah memasuki zaman, di mana Anda sudah bisa melakukan banyak hal hanya menggunakan layar kaca kecil yang bisa digenggam ke mana-mana di tangan kalian ataupun di saku (smartphone). 

Dengan sosial media, manusia pun bisa berkomunikasi dengan orang lain yang jaraknya jauh. Bahkan muncul istilah baru, yakni Online Friend atau teman online di mana dua atau lebih orang ini kenal lewat sosial media dan sudah dekat pula tetapi tidak pernah bertemu secara langsung. 

Tak sedikit pula orang-orang di sosial media yang tidak menunjukkan wujud aslinya alias Online Persona. Online Persona ini menimbulkan suatu anonimitas atau anonymity di mana siapapun di sosial media bisa mengekspresikan dirinya tanpa orang lain mengetahui bahwa dialah pelakunya.

Mulai dari membuat Online Persona atau bisa juga dengan Role Play, kegiatan di mana Anda berpura-pura menjadi orang lain, sampai menghujat seorang Public Figure menggunakan akun palsu.

Sosial media pada saat ini membuat orang lain untuk bisa mengekspresikan dirinya sebebas mungkin dan sejauh mungkin. Hal tersebut menurut saya diakibatkan oleh anonimitas yang tadi sudah saya bahas. 

Dengan teknologi yang kian berkembang nan maju, bahkan lihat saja kita bisa berlangkah dari tahun 1998 yang merupakan tahun di mana Google didirikan, menuju tahun 2008 yang merupakan tahun di mana iPhone pertama kali dirilis, hingga sampai tahun 2012 di mana VR Occulus, perusahaan ternama yang memproduksi headset VR, didirikan. 

Dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun, perkembangan teknologi sudah berkembang jauh. Dari situ juga menurut saya sudah saatnya fokus-fokus dalam Antropologi berkembang juga. 

Kita harus mulai menyadari bahwa zaman ini adalah zaman di mana orang sudah bisa mendapatkan sekian banyak informasi hanya dengan duduk manis sambil memainkan smartphonenya.

Ingin tahu cara masak telor goreng? Tanya saja Google. Ingin tahu letak Candi Borobudur di mana? Tanya saja Google. Anda heran kenapa tiba-tiba ada banyak sekali laron yang masuk dan mengelilingi lampu dalam rumah Anda? 

Google pasti punya jawabannya, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang jawabannya bisa diakses lewat Google. Dari sini pun saya menemukan satu fenomena yang menurut saya menarik untuk dibahas lanjut terutama dalam ranah Antropologi. 

Dengan banyaknya informasi yang bisa didapatkan, penerima informasi tersebut pun bisa kaget dengan banyaknya info yang bisa dia terima. Kadang penerima informasi tersebut tidak tahu harus diapakan informasi tersebut, muncullah hoax. Selamat datang di era di mana suatu lembaga berkuasa bisa menyangkal suatu isu dengan menyebar berita palsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun