Mohon tunggu...
Azka Azifa
Azka Azifa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Lawatan Presiden ke Kalbar, Tidak Sebatas Mobil Mogok

23 Maret 2017   13:30 Diperbarui: 23 Maret 2017   13:48 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Beberapa waktu belakangan ini saya cukup lelah dengan pemberitaan di berbagai media terkait dengan mobil kepresidenan Pak Jokowi yang mogok ketika melakukan lawatan ke Kalimantan Barat. Kelelahan saya bukan sebuah bentuk pembelaan atas Presiden, melainkan betapa media saat ini pilih kasih dalam menyuguhkan berita-berita yang penuh akan 'hiburan', tetapi kehilangan substansi. Perlu teman-teman ketahui, bahwa kunjungan Presiden ke Kalbar ialah untuk membagi PMT (Pemberian Makanan Tambahan) yang merupakan salah satu program pemerintah untuk meningkatkan gizi pada ibu hamil dan balita. 

Saya tidak pernah memahami betapa pentingnya kesadaran gizi dan kesehatan bagi seorang wanita hingga saya bekerja saat ini. Iklan layanan masyarakat di televisi yang muncul sebanyak hitungan jari dalam sebulan, edukasi kesehatan yang nyaris belum pernah saya dapatkan selama mengenyam sekian tahun pendidikan, papan dan baliho ajakan hidup sehat yang kurang menarik perhatian mata, atau bahkan ajakan ibu saya yang pada akhirnya saya kembalikan dengan pertanyaan, "Memang umi melakukannya?". Menurut dugaan saya, hal-hal di atas berkontribusi terhadap terbatasnya pemahaman saya akan pentingnya isu kesehatan.

Seperti kita tahu terdapat hubungan erat antara kondisi ibu dengan kualitas kesehatan anak. Yang saya maksud dalam hal ini adalah kondisi ibu terhadap tinggi  badan balita yang dilahirkan. Ibu yang tidak sehat-kurang gizi-memiliki potensi melahirkan balita dengan tinggi badan di bawah rata-rata tinggi badan balita seumurnya, atau stunting.  

Dampaknya adalah balita yang terlahir stunted memiliki kecerdasan yang lebih rendah dibandingkan balita normal. Selain itu ketika dewasa,  balita yang stunting lebih mudah menderita penyakit tidak menular. Semua hal di atas dalam jangka panjang berpengaruh terhadap produktivitas sebagai tenaga kerja.

Dampak Stunting bagi Kehidupan Anak  

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (2014), balita yang mengalami stunting memiliki kemungkinan 5 persen lebih rendah untuk menempuh pendidikan tinggi serta 5 bulan lebih lama untuk menamatkan sekolah. Studi ini diperkuat oleh paparan Bank Dunia tentang malnutrisi kronis (2016) di mana anak yang tidak mengalami stunting memiliki 33% kesempatan yang lebih besar luput dari kemiskinan ketika dewasa. Lebih dari itu, penurunan angka stunting dapat meningkatkan PDB sebesar 4-11% di negara-negara Asia dan Afrika.

Lalu muncul pertanyaan berikutnya yaitu bagaimana kondisi kesehatan di Indonesia saat ini. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, sebanyak 37,2% balita mengalami stunting. Lebih ironisnya lagi,  pada 20 persen rumah tangga termiskin, 1 dari 2 balitanya stunting. Tidak hanya menjadi masalah pada keluarga miskin saja, tetapi 1 dari 3 balita pada 20 persen rumah tangga terkaya di Indonesia pun mengalami stunting. Oleh karena itu, persoalan stunting adalah permasalahan nasional yang perlu diatasi karena tidak hanya menyangkut orang miskin saja, melainkan penduduk secara keseluruhan. 

Terdapat beberapa faktor yang tanpa kita sadari berpotensi menyebabkan lahirnya balita stunting. Pertama, faktor internal yang bersumber dari kekurangan gizi pada ibu hamil seperti protein dan zinc. Sedangkan faktor eksternal yang bersumber dari kesehatan lingkungan seperti ketersediaan air bersih dan sanitasi aman. Selama ini kita hanya melihat makanan sehat sebagai satu-satunya faktor yang dapat menjamin kelahiran anak yang sehat. Ternyata tidak, asupan makanan sehat dan bergizi hanya menyumbang 30% dari kemungkinan anak terlahir tidak stunting, sedangkan sisanya berasal dari faktor-faktor lain termasuk kesehatan lingkungan.

Isu Stunting Perlu Perhatian Bersama 

Hal ini menjadi perhatian akademisi, peneliti, dan pemerintah saat ini tidak peduli latar belakang pendidikan atau profesinya sebagai nutriotionist, politisi, atau ekonom sekalipun. Dalam beberapa kesempatan diskusi maupun seminar yang saya datangi seperti CSIS (Lembaga riset) maupun Bank Dunia, isu stunting selalu menjadi highlight untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Sayangnya, isu se-penting ini tidak banyak diketahui oleh teman-teman seumuran saya yang merupakan bakal calon Ibu. 

Hal ini terbukti dari kejadian yang saya lihat beberapa waktu lalu ketika mengunjungi teman yang baru saja melahirkan. Betapa teman saya yang sedang memberikan ASI ekslusif tidak memedulikan asupan gizi yang dia makan saat itu dengan alasan "tidak suka."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun