Di artikel, Kurniawan Ulung, Pengaruh Sanksi Amerika Serikat Terhadap Kepatuhan Pada Rezim Hak Asasi Manusia (HAM) Di Timor Timor. Presiden George Bush Sr memimpin Amerika Serikat. Setelah tragedi Santa Cruz di Dili pada 12 November 1991, 52 senator mengirimkan pesan kepada Presiden Bush agar Amerika Serikat menginisiasi lahirnya resolusi DK PBB terkait pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia pasca tragedi Santa Cruz. Di dalam surat tersebut, mereka menyatakan.
"Untuk dukungan aktif Amerika Serikat untuk implementasi resolusi PBB tentang Timor Timur dengan tujuan mencapai solusi politik yang mungkin mengakhiri penderitaan yang tidak perlu di Timor Timur dan membawa penentuan nasib sendiri yang sebenarnya untuk wilayah tersebut".
kongres langsung memberikan sanksi kepada Indonesia pasca tragedi Santa Cruz. Mengingat senjata yang digunakan oleh tentara Indonesia dalam membantai warga Timor Timur di Santa Cruz merupakan senjata M-16 buatan Amerika Serikat dan itu merupakan hasil kerja sama militer Amerika Serikat dan Indonesia, kongres memutuskan untuk memotong dana bantuan Pendidikan dan Pelatihan Militer Internasional untuk Indonesia (IMET).
Sanksi yang diberikan oleh kongres tidak hanya sebatas memotong bantuan dana IMET, tetapi juga menghentikan perdagangan senjata dari Amerika Serikat ke Indonesia. Melalui tekanan dari kongres, Amerika Serikat akhirnya menunda transfer pesawat tempur F-5 ke Indonesia pada Juli 1993. (Kurniawan, 2023, hal.6).
Berdasarkan laporan Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi (CAVR) di Timor-Leste Jilid 2Â warga di seluruh dunia telah menyaksikan rekaman film dokumentasi Max Stahl mengenai "Pembantaian Santa Cruz" dalam dokumenter First Thuesday berjudul In Cold Blood The Massacre of East Timor di ITV pada Januari 1992 yang mendapat anugrah Amnesty International UK media award pada tahun 1992. Tekanan Internasional meningkat pesat semenjak Pembantaian Santa Cruz.
Para mahasiswa portugis yang tergabung dalam forum Estudante dan Missao Paz Por timur menggalang dana untuk menyewa kapal feri Portugis, Lussitania Expresso untuk melakukan protes atas situasi tersebut dengan berlayar ke Portugis.
Selain itu dukungan publik dimobilisasi di Irlandia oleh East Timor Ireland Solidarty Campaign (ETISC) yang dibentuk oleh Tom Hyland di Dublin setelah film stasiun televisi Yorkshire yang berjudul In Cold Blood The Massacre Of East Timor yamg ditayangkan pada Januari 1992 dengan menggunakan gambar gambar pembantaian milik Max Stahl. (Chega, 2010, hal.796-797).
Referensi
Alvian N. (2017). Sang prajurit pemberani. Jakarta: Laksana.
Kurniawan, U. (2023). Pengaruh Sanksi Amerika Serikat Terhadap Kepatuhan Pada Rezim Hak Asasi Manusia (HAM) Di Timor Timor. Jurnal Jukim, 2(2), hal.6.