Mohon tunggu...
Nrrhmnaziz
Nrrhmnaziz Mohon Tunggu... Freelancer - Sebuah catatan kecil

Pekerja buruh Audio-Visual

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kebijakan Menggunakan Media Sosial di Era Digital

1 Juli 2021   10:20 Diperbarui: 1 Juli 2021   10:23 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : https://www.observerbd.com/news.php?id=220581

Perkembangan zaman yang semakin pesat mengharuskan kita harus berfikir kreatif dan inovatif. Di dukung dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, membuat mobilitas kita semakin cepat dan instan. Salah satu yang menunjang mobilitas kita adalah dengan hadirnya berbagai macam media sosial.

Saat ini sudah muncul berbagai jenis media sosial yang seperti; facebook, twitter dan instagram. Sebagai mahkluk sosial yang diharus berinteraksi dengan orang lain, peran media sosial memang sangat membantu. Dengan media sosial, kita bisa berinteraksi dengan siapapun dan dimanapun. Berada di luar kota bahkan luar negeri sekalipun kita tidak perlu cemas untuk memberi kabar kepada kerabat karena dengan media sosial semua dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.

Kegunaan media sosial tidak hanya untuk berkomunikasi, namun bisa juga untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi kita. Media sosial dapat kita manfaatkan untuk menyalurkan kreatifitas kita dalam bermacam bentuk, seperti memposting hal-hal yang bermanfaat bagi orang, bahkan media sosial bisa menghasilkan pundi-pundi keungan kita meningkat.

Instagram merupakan salah satu jenis media sosial yang sangat digandrungi oleh banyak remaja di zaman sekarang. Mereka beranggapan dengan tidak menggunakan instagram seseorang bisa di cap sebagai seseorang yang kurang up to date dalam dunia maya. Manurut hasil survei WeAreSocial.net dan Hootsuite, intagram merupakan platform media sosial dengan jumlah pengguna terbanyak ke tujuh di dunia.  Indonesia menduduki peringkat ke tiga dengan 50 juta pengguna instagram.

Banyak sekali orang-orang yang akhirnya menjadikan instagram sebagai ladang pencaharian. Bermodalkan followers banyak, bisnis-bisnis berbasis online biasanya akan tertarik menggukan si pengguna akun seuntuk menjadi ambassador  produk mereka. Dengan cara memposting produk yang akan dipasarkan pada akun isntagram orang tersebut. Seseorang bisa memanfaatkan itu menjadi sebuah ajang pembuktian diri, bahwa media sosial dapat bermanfaat bagi kita.

Ada postif pasti terdapat pula hal negatifnya. Mereka bagaikan sisi mata uang tidak bisa di pisahkan. Kecanduan menggunakan instgaram sudah banyak dirasakan oleh kita. Ruang privasi kita tidak lagi kita  milik sendiri, melalui instagram kita bisa dengan mudahnya membagikan kegiatan kita dalam berbagai kesempatan.

Kebanyak dari mereka akan memposting kegiatan-kegiatan pribadi seperti membagika foto saat berkunjung ke sebuah tempat rekreasi, memotret makanan yang ingin mereka santap, bergaya layaknya model untuk menunjukkan fasion ootd (offer of the day). Memang, semua itu terlihat wajar karena kita tidak bisa menghalangi seseorang untuk memposting apapun dalam akun instagramnya. Tapi, jika ditelisik lebih dalam lagi. Postingan-postingan tersebut akan berpengaruh bagi orang-orang yang mengikuti akun tersebut. Kenapa demikian, karena setiap isi kepala seseorang itu tidak bisa di sama ratakan. Setiap orang memiliki pemikirannya masing-masing dan akan merasa benar dengan pendapatnya tersebut.

Bagi mereka yang memposting entah untuk tujuan apa, mungkin memang hanya ingin membagikan kegiatan setiap harinya, atau untuk mendapatkan pengakuan diri bahwa dirinya sudah pernah datang ke tempat yang sedang digandrungi banyak orang, memakan makan-makan yang sedang in dikalangan remaja, atau di cap sebagai fassineble karena selalu memperlihatkan gaya trendinya.

Terlepas dari motif apa yang diinginkannya dalam memposting foto-foto tersebut mereka seakan kecanduan untuk membagikan hal-hal yang membuat seseorang mengakuinya. Maraknya akun-akun yang memperlihatkan keindahan alam dan bisnis-bisnis berbasis online menjadikan penggukan media sosial sebagai makhluk yang "latah mata". Saat seseorang memposting foto atau video salah satu di tempat rekreasi, secara otomatis akan mengundang provokasi agar si pengikut akunnya datang dan lihat sendirj bagaimana indahnya pemandangan tersebut. Saat seseorang memperlihatkan pakaian dan jenis fastion seperti apa yang dikenakannya hari ini lalu mempostingnya di media sosial, secara tidak sadar orang itu akan menghadirkan keinginan seseorang untuk mengenakan pakaian atau jenis fasion yang sama.

Memang, mereka (yang memposting) mungkin tidak memiliki motif apapun dan di sinilah kita harus dengan bijak menggunakan media sosial. Dengan mengikuti segala macam tren atau apapun yang sedang populer pasa massa ini, seseorang dapat berubah menjadi konsumerisme yang menjadikan seseorang berlebihan dalam menggunakan produk-produk yang ditawarkan dalam online fasion dan mendatangin tempat-tempat yang sedang banyak dibicaran oleh orang.

Dengan begitu, kita bisa saja menghalalkan berbagai macam cara untuk memenuhi keinginan hidup. Seperti, seseorang bisa saja meminjam uang untuk mendatangi tempat tersebut atau untuk membeli produk-produk tersebut. Semua itu dilakukannya semata-mata hanya untuk kebutuhan media sosialnya. Seorang manusia memiliki rasa gengsi dan iri di dalam hidupnya. Gengsi dan iri inilah yang pada akhirnya menimbulkan rasa persaingan di media sosial. Merasa ingin lebih, merasa ingin diperhatihan dan merasa ingin diakuin bahwa kita pun bisa melakukan hal demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun