Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas, Trainer, Personal Coach, Terapist, Hipnoterapist, Pembicara, Online Marketer, Web Design

Praktisi Kehidupan, Kompasianer Brebes www.azizamin.net Founder MPC INDONESIA www.mpcindonesia.com WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ramadhan Tak Pernah Pergi

17 Juni 2018   17:03 Diperbarui: 17 Juni 2018   17:09 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (rohissmanpintar.blogspot.com)

TAMU ALLAH TELAH MENINGGALKAN KITA

Tepat saat kumandang takbir, tahmid dan tahlil di kumadangkan, tepat saat 1 Syawal 1439 H dimana orang menjadi kan hari kebahagiaan sebagai Hari Raya Idul Fitri, maka saat itu adalah saat rasa nano -- nano yang aneka rasa bercampur.

Bagaimana tidak, antara rasa satu dengan rasa lain yang jumlahnya lebih dari 3 atau 4 rasa sekaligus melebur dan menghasikan sensasi nano -- nano, bagaimana rasa bahaga, rasa sedih, bingung, cemas, khawatir, dan banyak lagi.

Merasa bahagia karena hari kemenangan atas nafsu -- nafsu yang berhasil kendalikan selama satu bulan puasa, rasa sedih karena akan ditinggalkan bulan spesial, bulan yang spesial, cemas akankan kita bertemu dengan ramadhan yang akan datang, bingung karena THR nggak cukup bahkan belum cair, cemas opor ayam mau dimasak kapan karena kadang lebaran di negeri ini bisa mendadak dan ada 2 versi dan banyak lagi.

Abaikan semua, karena saya ingin menjadikan momen menulis perdana ini tentang bagaimana sebenarnya, "Siapa tamu Allah, dan apa benar ramadhan telah pergi, meninggalkan kita ? "

RAMADHAN TIDAK PERNAH PERGI

Mengamati diri sendiri dan beberapa hal yang terjadi dibulan syawal adalah bahwa pada kenyataanya mereka yang cemas, sedih, menangis atas berlalunya bulan suci ramadhan saat syawal datang ia justru lupa kalau ramadhan pernah datang.

Ramadhan kadang menjadi tidak membekas kecuali sisa -- sisa botol sirop dan kaleng biskuit, selebihya, Masjid ?, Al Qur'an ?, Itikaf ? dan banyak hal menjadi kenangan yang tersimpan rapat dan akan dibuka kembali pada tahun depan menjelang perjumpaan kembali dengan bulan ramadhan dengan menuliskan " Marhaban Ya Ramdhan ", selama menuju masa itu bekas dan kenangan seama ramadhan tahun ini kabur.

Semoga kita bukan yang termasuk demikian, dan semoga kita termasuk orang yang mendapatkan ketaqwaan lebih dibulan ramadhan ini.

Faktaknya bahwa :

  • Bulan ramadhan bukan lah tamu Allah ta'ala.
  • Tamu Allah itu ya kita, muslimin yang merasa sebagai orang yang beriman, yang terpanggil untuk berpuasa.
  • Bulan ramadhan adalah tools, fasilitas dan password yang akan menjadikan anda sebagai orang beriman mendapatkan nilai yang beda dengan amalan -- amalan dibulan lain syukur anda mendapatkan BONUS UTAMA mendapatkan "laelatul qodar"
  • Ramadhan tidak perah pergi sejatinya, karena semangat dan bekas dari proses penempaan menahan nafsu dan meningkatkan semangat ibadah yang luar biasa sejatinya bisa tetap ada dan berlanjut sampai bulan -- bulan lain menuju Ramadhan tahun depan Insha Allah.
  • Kita ( manusia ) yang telah pergi meninggalkan ramadhan, meninggalkan kebiasaan dan semangat ramadhan, kita yang tidak menjadi tamu yang baik.
  • Tanyakan diri sendiri ( termasuk saya penulis ) 
  • Masihkan kita sholat jamaah 5 waktu
  • Masihkan kita jalani sholat sunah -- sunah untuk menyempurnakan sholat kita
  • Masihkah kita rajin bangun malam sholat lael
  • Masihkan kita menyentuh Al Qur'an dengan semangat dibulan ramadhan
  • Masihkan kita terjaga dari mengunjing dan melakukan hal yang melukai dan menyakiti orang lain
  • Masihkan kita terjada dan waspada untuk tak berlaku curang

Hanya diri sendiri yang tahu kualitas keimanan kita, dan masih ada waktu untuk kembali mengingat bahwa ramadhan adalah bentuk kasih sayang Allah, dan tamu Allah adalah kita, yuk saatnya menjadi tamu yang baik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun