Mohon tunggu...
azizah nurul laili
azizah nurul laili Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Saya hobi menggambar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masjid Agung Demak Peninggalan Kerajaan Agama Islam di Nusantara

29 September 2023   14:50 Diperbarui: 29 September 2023   15:18 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://travel.kompas.com/read/2021/07/08/102721027/sejarah-masjid-agung-demak-peninggalan-kesultanan-demak-yang-penuh-makna?page=all

Masjid Agung Demak adalah salah satu masjid tertua yang lokasinya berada di kabupaten Demak. provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Masjid ini diyakini dibangun oleh Wali Sanga–penyebar agama Islam di Pulau Jawa–dengan sosok yang paling menonjol Sunan Kalijaga, pada masa penguasa Kesultanan Demak pertama, Raden Patah pada abad ke-15.  Masjid ini didirikan pada masa pemerintahan Sultan pertama Demak, yakni Raden Patah. Salah satu masjid tertua di Pulau Jawa ini didirikan pada tahun 1477 masehi. Di dalam lokasi kompleks masjid ini, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak termasuk di antaranya adalah Raden Patah yang merupakan raja pertama Kesultanan Demak dan para abdinya. Di kompleks ini juga terdapat museum–Museum Masjid Agung Demak–yang berisi berbagai hal mengenai riwayat berdirinya masjid ini.

Pada masa kejayaannya, Kesultanan Demak menjadi pusat tempat utama pengembangan para ulama di Nusantara. Bangunan masjid yang dibangun oleh Raden Patah dan para wali itu pun makin ramai didatangi oleh orang-orang dari berbagai penjuru wilayah nusantara. 

Masjid sederhana dan berukuran kecil itu tak lagi mampu menampung pengunjung yang semakin banyak. Akhirnya Raden Patah kembali memerintahkan para wali untuk memperluas bangunan tersebut. Pengerjaan renovasi masjid ini dilakukan oleh empat orang wali, yaitu Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Kalijaga. 

Filosofi Bangunan

Serambi di depan ruang utama pada masjid ini biasa digunakan sebagai tempat ibadah dan ruang pertemuan. Masyarakat juga biasa melakukan beragam acara keagaaman untuk memperingati hari-hari besar Islam. Serambi Masjid Agung Demak berukuran 30 x 17 meter. Bagian ini berupa ruang terbuka dengan atap berbentuk limas tiga lapis yang semakin mengerucut di puncaknya. Mengutip website resmi Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, atap itu memiliki filosofi akidah Agama Islam, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Bagian serambi ini memiliki delapan tiang yang disebut sebagai Saka Majaphit. Delapan pilar penyangga itu konon dibawa langsung dari keraton Majapahit. Hampir dua pertiga bagian Saka Majapahit ini memiliki ukiran motif sulur dan motif tumpal yang mengagumkan. Tak hanya pilar serambi, ada pula empat tiang utama yang disebut sebagai Saka Tatal atau Saka guru. Tiang ini terdapat di empat penjuru mata angin yang menyangga ruang utama masjid. Saka Guru konon katanya dibuat langsung oleh empat wali yang membantu pembangunan masjid. Sunan Bonang membuat pilar di bagian barat laut, Sunan Gunung Jati membuat pilar bagian barat daya, Sunan Ampel membuat pilar bagian tenggara, dan Sunan Kalijaga yang membuat pilar bagian timur laut. Banggunan utama pada Masjid Agung Demak ini memiliki ukuran 23,10 x 22,30 meter dengan ruang mihrab berukuran 1,4 x 2,4 meter. Meski sudah megalami bannyak renovasi, nuansa tradisional dari bangunan ini masih begiu kental.

 
Pengunjung bisa menyaksikan berbagai interior lawas yang terawat dan mempercantik bangunan utama ini. Salah satunya adalah keramik annam biru putih dengan motif tumbuhan, binatang mitos, dan pola giometris yang terdapat di dinding-dinding ruang utama. Bagian utama ini memiliki tiga pintu. Salah satu pintu yang paling terkenal adalah Lawang Bledeg (pintu petir). Pintu utama yang berada tepat di tengah bangunan ini dipercaya dapat menangkal petir. Sayangnya karena sudah aus, pintu yang terpasang di tengah bangunan utama itu hanyalah tiruan. Namun, pengunjung tetap bisa melihat Lawang Bledeg yang asli di Museum Masjid Agung Demak. Tak jauh dari mihrab, terdapat sebuah bangunan kecil yang disebut dengan Maksurah. Bangunan ini dahulu digunakan sebagai tempat beribadah para raja atay pengguasa. Bangunan ini terbuat dari kayu jati dengan ukiran-ukiran unik di setiap sisinya. Pada dinding bagian atas terdapat prasasti yang ditulis menggunakan huruf-huruf arab.

 
 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun