Mohon tunggu...
Azizah Herawati
Azizah Herawati Mohon Tunggu... Penulis - Penyuluh

Pembelajar yang 'sok tangguh'

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bye Bye Gabut!

15 Juni 2020   11:41 Diperbarui: 15 Juni 2020   11:48 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah nggak merasakan gabut? Perasaan yang tidak jelas dan tidak tahu harus berbuat apa. Blocking, badmood plus mati gaya. Pokoknya paket komplit deh! Padahal sejatinya banyak pekerjaan yang menanti dan tentunya berbagai deadline sudah antri untuk segera dituntaskan. Tapi bingung harus memulai dari mana.

Gabut bisa dialami oleh siapapun. Namun masing-masing orang punya cara tersendiri untuk menghalaunya. Sehingga kembali menemukan mood-nya dan segera menyingsingkan lengan cancut tali wondo untuk menuntaskan pekerjaan yang tertunda. 

Seperti yang aku alami beberapa hari ini. Gayaku sih ceramah di radio dengan materi yang aku ambil dari berbagai sumber yang intinya mengajak pemiarsa untuk bermuhasabah "Masihkah kita menyalahkan corona?" Padahal masih sering terbersit untuk menyalahkan keadaan yang belum beranjak normal dan cenderung membosankan. Apa lagi yang disalahkan kalau bukan corona.

Okey, saatnya berhenti menyalahkan. Mari kita bangkit dan move on.

Harus kita akui corona mengajarkan kita banyak hal. Tentang keikhlasan, kesabaran, ketangguhan, kerendahan hati, kebersihan, kesehatan, kepedulian dan masih banyak lagi. Bahkan hal-hal yang sering tidak sempat kita lakukan karena kesibukan, menjadi sering kita lakukan. 

Kita pun berkesempatan untuk bersih-bersih rumah, memasak hidangan special, berkebun, membersamai pasangan dan anak-anak serta aneka kebahagiaan yang lain. Bahkan aneka pertemuan virtual bukan lagi sesuatu yang asing bagi kita. Hampir setiap hari ada jadwal untuk mengikutinya. Sangat efektif dan efisien, meski tidak jarang ada kendala tekhnis untuk bisa bergabung. 

Namun tidak bisa dipungkiri jika kondisi demikian memang melelahkan dan membosankan. Adanya tuntutan work from home alias bekerja dari rumah bagi sebagian orang sempat membuat stress tingkat dewa. Namun seiring waktu berjalan, mau tidak mau harus bisa menikmatinya. Ada sebersit impian untuk bisa meraih beberapa capaian yang selama ini belum diraih mumpung work from home. 

Keinginan untuk menulis dan bisa berbagi dengan mengunggah tulisan ke media sosial yang selama ini belum maksimal karena alasan sibuk, kini mulai bisa dirutinkan. Bahkan impian untuk bisa mempunyai buku karya sendiripun semakin membuncah. Aneka kelas virtual terkait kepenulisanpun diikuti, baik berbayar maupun grentongan. Semangat menulispun bangkit. Selain karena tuntutan tugas, usaha untuk terus belajar dan menempa diri untuk menjadi penulis profesionalpun terus berkobar.

Rasa syukur tiada terkira bisa dipertemukan dengan mentor dan teman-teman yang hebat. Saling berbagi dan mensupport satu sama lain. Menulis menjadi terasa ringan dan bukan lagi beban. Namun ketika kelas itu sempat kosong karena suatu hal, semangat itu mulai kendor. Ditambah lagi kebijakan new normal yang mulai diterapkan termasuk di tempat kerjaku. 

Sebagai kantor yang berbasis pelayanan masyarakat dengan jumlah pegawai dihitung pakai jari tangan kananpun masih sisa, tentu harus fight. Taat pada protokol kesehatan tentu menjadi sebuah keniscayaan. Karena kami tidak tahu siapa yang datang ke kantor kami dan seperti apa riwayat kesehatan dan perjalanan mereka. Belum lagi tuntutan pekerjaan individu baik yang bersifat administratif maupun praktis yang masih menumpuk. Ternyata benar-benar bikin gabut. 

Kondisi ini tidak boleh dibiarkan. Karena kalau tidak segera diurai akan menumpuk jadi sampah. Mengapa sampah? Ya, tumpukan beban yang tidak diurai dengan mengerjakannya satu persatu atau mengkoordinasikan dengan pihak lain yang bisa diajak berbagi tugas akan mengendap tanpa solusi. Mau jadi apa kalau bukan jadi sampah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun