Mohon tunggu...
azha zein
azha zein Mohon Tunggu... Mahasiswa S2 Psikologi Univertas Airlangga

Saya seseorang yang sangat tertarik dengan psikologi dan komunikasi. Saya suka menulis di blogger, namun sekarang saya ingin mencoba menulis di komunitas agar jangkauan tulisan saya lebih luas.

Selanjutnya

Tutup

Love

Ketika Cinta Jadi Racun: Love Bombing, Breadcrumbing dan Gaslighting di Balik Toxic Relationship

3 Oktober 2025   00:32 Diperbarui: 3 Oktober 2025   00:32 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh aranprime di Unsplash

Gaslighting adalah perilaku memutar balikkan fakta sehingga menyebabkan kebingungan. Hal ini bikin kamu bertanya-tanya "apakah benar dia berubah atau aku yang berubah?". Sebuah penelitian menunjukkan bahwa gaslighting dapat meninggalkan dampak jangka panjang berupa rusaknya kepercayaan diri dalam mengambil keputusan, termasuk pada hal kecil diluar hubungan. Kamu akan meragukan insting dan bergantung pada pelaku hingga kehilangan diri sendiri

Gaslighting adalah racun yang sebenarnya karena bukan hanya menghancurkan hubungan, tetapi juga merusak fondasi diri seseorang. Efeknya bisa bertahan lama, bahkan setelah hubungan berakhir seperti hadirnya perasaan bersalah yang tidak jelas, kebingungan tentang realitas, hingga trauma untuk memulai hubungan baru.

Melepas jeratan dan Menjauh Pergi

Tiga perlakuan diatas memang bisa berdiri sendiri, tapi seringkali saling berkaitan dengan memainkan dinamika psikologis yang traumatis. Ini adalah siklus yang terus-menerus mengikis rasa percaya diri, memicu kecemasan, dan membuatmu semakin sulit untuk keluar dari hubungan tersebut. Ironisnya, korban seringkali menyalahkan diri sendiri dan berpikir bahwa jika mereka berusaha lebih keras, cinta yang sempurna di awal akan kembali. Namun, yang mereka cari hanyalah ilusi yang dirancang untuk menjerat.

Kamu perlu mengenalinya untuk melepas jeratannya. Saat merasa terjebak, validasi dulu perasaanmu karena kamu yang merasakan. Lalu lakukan langkah ini untuk mempermudah:

  1. Percayai intuisimu. Ketika merasakan ada yang salah, maka kemungkinan besar itu memang salah. Percaya pada diri sendiri adalah keputusan terbaik.

  2. Catat kejadian. Saat pasangan berperilaku yang menurut kamu salah, catat kejadiannya. Bukan untuk mengungkit kesalahan, melainkan menjadi guide agar kamu tidak bingung.

  3. Cari bantuan profesional. Jika kejadian semakin parah, jangan ragu untuk mencari bantuan psikolog. Validasi dari ahli dapat membantu melepaskan diri.

Setelah lepas jangan ragu untuk lari sekencang-kencangnya dan menjauh pergi dari cinta yang manipulatif ini. Memahami pola-pola yang tersembunyi di balik kata "kasih sayang" bukan soal FOMO, ini soal melindungi diri dan membangun hubungan yang sehat, di mana perhatian dan kasih sayang tumbuh secara seimbang, bukan menjadi alat manipulasi. Cinta sejati adalah aliran yang konsisten, menyejukkan, dan membuat kedua belah pihak merasa aman.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun