"Loh? Kamu kan lama karena ngelayap dulu."
"Enak aja!"
Tole menceritakan penyebab mengapa ia begitu lama. Anak itu rupanya bukan pergi ngelayap. Sesampainya di warung, ia sempat meminta rokok Gudang Beras Merah. Tapi dipikirnya, sekarang harganya lebih mahal daripada biasanya. Jadi, ia meminta Mbak Yun milihkan rokok yang murah, rendah nikotin dan tarnya. Diceknya bungkus rokok itu satu per satu.
"Dipilihkan yang murah, rendah nikotin dan tarnya kok malah protes, tidak tahu berterimakasih!"
"Ngapain segala dipilihin, kan bapak nggak minta."
"Bapak, ini adalah yang terbaik buat Bapak. Biar Bapak nggak cepet mati."
"Hidup itu selalu ada resikonya. Berani hidup kok nggak berani mati."
"Pokoknya, begitu. Semua sudah melewati bermacam pertimbangan. Barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan lagi. Masih bagus aku nggak kabur dan jajanin duit Bapak buat beli kuota."
"Lalu mana kembaliannya? Kan kamu sudah dapat jatah dua ribu."
"Idih, hari gini dua ribu? Pelit amat. Semua-mua naik. Uang lelahnya juga naik. Kalau Bapak beli sendiri, pasti malas jalan, naik motor, bebeem susah. Nih kembalian rokok Bapak Udah jadi ini lah!" seru Tole sambil memperlihatkan kresek berisi bermacam jajanan.Â
Pak Supono berpikir. Bocah ini kalau dewasa, berbahaya bila jadi pemenang tender pengadaan barang dan jasa. Rakyat butuh yang berkualitas malah dikasih yang murah-murah. Alasan bisa dicari, yang penting lebih banyak jatah buat dirinya sendiri.