Mohon tunggu...
Siti Rokayah
Siti Rokayah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Bahasa Indonesia di SMAN 1 Telagasari, Kab. Karawang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Puisi "Selamat Idul Fitri" Karya A. Mustofa Bisri

25 Juni 2023   00:45 Diperbarui: 25 Juni 2023   00:52 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan kosakata tersebut mewakili perasaan Kami (aku lirik dalam puisi Selamat Idul Fitri) terhadap Idul Fitri. Gema Idul Fitri tidak hanya dirasakan oleh manusia, khususnya umat Islam tetapi juga seantero jagat raya. Idul Fitri sebagai momentum pembersihan dosa dan saling bermaafan sesama manusia, juga merenungi kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan terhadap alam semesta. 

Sementara itu, maji yang dominan pada puisi Selamat Idul Fitri yaitu imaji visual, hal tersebut tergambar dalam seluruh baitnya. Misalnya pada bait ke-2 terdapat kalimat 'Kami mengelabukanmu', terbayang dalam pikiran kita sesuatu tindakan yang membuat sesuatu menjadi warna abu-abu, yang dibuat menjadi warna abu-abu dalam puisi tersebut adalah langit. Kemudian, pada bait ke-3  mentari yang cerah dibuat menjadi kabur atau pudar cahaya, dapat kita bayangkan ketika membaca kalimat; 'Kami mengaburkanmu'.

Tema puisi Selamat Idul Fitri, yaitu ungkapan maaf atas segala kesalahan yang dilakukan. Secara lebih luas, puisi ini juga bertemakan kritik sosial terhadap lingkungan. Bagaimana manusia menghancurkan alam dengan eksploitasi secara besar-besaran terhadap lingkunagan. 

Dalam momentum Idul Fitri, setiap orang saling bermaafan atas kesalahan yang dilakukan, begitu pun dengan manusia hendaknya menyadari kesalahanya pada lingkungan yang menjadi tidak asri lagi karena sebagaimana disebutkan di atas bahwa secara universal gema Idul Fitri menjadi milik semesta alam atau segala sesuatu yang ada di bumi baik makhluk hidup ataupun benda mati. Selain itu pula, saya menafsirkan bahwa A. Mustofa Bisri juga mencoba mengungkapkan bahwa Islam Rahmatan Lil'alamin (kasih sayang bagi seluruh alam).

Idul Fitri sebagai hari raya umat Islam yang digunakan untuk saling bermaafan dan menebar kasih sayang yang tidak hanya terbatas pada seluruh umat Islam saja, tapi seluruh alam semesta.

Selain itu, hal yang menarik dalam puisi A. Mustofa Bisri ini yaitu pada bait ke-7 dan ke-8, pada bait ke-7 dan 8 tersebut mengindikasikan kritik sosial terhadap pemerintah dan masyarakat. Rakyat meminta maaf terhadapa pemimpin, karena tidak mematuhi pemimpin dan pemimpin pun meminta maaf pada rakyat karena sering mempergunakannya. 

Dalam konteks sosial saat ini, di mana banyak orang yang melakukan protes terhadap pemerintah karena dianggap tidak bias memimpin dengan baik, dan juga pemerintah yang menjalankan tugasnya atau amanah dari rakyat secara tidak bertanggung jawab sehingga membuat rakyatnya sengsara, puisi ini menjadi bahan renungan untuk saling introspeksi diri dan saling memafkan. 

Saling memaafkan tidak hanya pada saat momen Idul Fitri saja, tetapi  Idul Fitri itu sendiri dalam makna yang luas bahwa kita kembali ke suci atau fitrah, yakni setiap melakukan kesalahan terhadap orang lain seharusnya kita meminta maaf dan menjaga diri dari perbuatan yang salah, sehingga Idul Fitri (kembali pada kesucian) selalu melekat dalam jiwa kita, dan itulah yang harus dimiliki setiap orang dalam kehidupan ini sehingga menciptakan lingkungan yang aman, damai, dan sejahtera.

Rasa adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya[16]. Rasa yang diungkapkan oleh Kami (aku lirik) dalam puisi tersebut adalah ungkapan perasaan bersalah dan permohonan maaf di hari raya Idul Fitri. Sementara itu,  Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Ada penyair yang menyampaikan tema dengan gaya mendikte, atau menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca. Nada yang digunakan dalam puisi ini adalah bekerja sama dengan pembaca untuk bermaafan pada momen hari raya Idul Fitri, pembaca diajak merasakan rasa bersalah dan ungkapan maaf di haari yang fitri tersebut kepada seluruh alam semesta. 

Amanat dalam puisi ini, yaitu bahwa ketika kita melakukan kesalahan seharusnya meminta maaf, pentingnya menjaga lingkungan alam dan tidak semena-mena terhadap lingkungan, menyambut gema Idul Fitri dengan rasa haru dan suka cita. Sedangkan tujuan penulisan puisi ini oleh A, Mustofa Bisri adalah untuk berkomunikasi dan mengaktualisasikan diri. Terlahir dalam lingkungan kelurga yang taat beragaman, tentunya menjadikan A. Mustofa Bisri memiliki wawasan yang luas tentang ilmu agama Islam. Kehidupan yang bernuansakan keislaman telah mendarah daging, sehingga diungkapkannya dalam puisi Selamat Idul Fitri. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun