Mohon tunggu...
Ayu Ulfa Dewi
Ayu Ulfa Dewi Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar sepanjang hayat

Bisakah aku menjadi Avatar?

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ngajak Nikah kok Ngajak Susah?

7 April 2014   22:52 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:57 2244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13968605511175065825

sumber gambar www.sobatcantik.com

Budhe : Ndri, kapan kamu nikah? Jangan lama-lama ntar keburu tua lho. Gadis seperti apa to yang kamu cari?

Andri : Saya nggak neko-neko kok budhe, cuma ingin mencari calon istri yang mau diajak susah.

Sejenak mendengarkan percakapan antara budhe dan Andri membuat penulis berpikir tentang bagaimana cara berpikir laki-laki terkait mencari calon istri. Bukan bermaksud untuk memojokkan atau yang lain, namun yang banyak penulis temui berdasarkan pengalaman adalah baik dari pihak laki-laki atau dari para orang tua kebanyakan menyarankan agar mencari calon istri yang bersedia diajak hidup susah. Dalam pikiran penulis langsung terbersit,

“ini mau ngajak nikah atau ngajak susah, kalo mau nikah ya harus berusaha membahagiakan istri secara materi dan rohani donk”

Itu adalah reaksi yang penulis rasakan ketika mendengar pendapat si Andri. Di dunia ini tidak akan ada perempuan yang bersedia hidup susah, dan penulis yakin bukan hanya perempuan tetapi semua orang pun tidak ingin hidup susah. Dari segi pemaknaan, hidup susah memanglah suatu keadaan yang serba kekurangan dalam hal materi dan tidak tenangnya pikiran akibat banyak kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi. Jadi, tidak ada seorang pun yang mau serba kekurangan, jika pun itu sampai sekarang tetap saja ada orang yang dikatakan “hidup susah” pasti karena memang situasi dan kondisinya yang tidak memungkinkan, bukan menjadi “hidup susah” karena memang impian dan cita-cita kan?.

Mungkin pembaca kompasianer pernah menonton acara Take Me Out yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi di Indonesia, yang pada saat itu kedatangan artis dari Filipina, Christian Bautista. Ketika ditanya ole MC, kriteria perempuan seperti apakan yang Christian Bautista impikan? Jawabannya pun sederhana,

“seperti wanita Indonesia, yang bersedia hidup susah bersama saya”

Kalau dipikir, menjadi istri dari seorang Christian Bautista, sudah pastilah akan menjadi seorang istri yang beruntung, bagaimana tidak mungkin dipenuhi kebutuhan secara material kalau suami adalah seorang model, penyanyi, dan aktor terkenal di Asia Tenggara dan Thaiand (terlepas dari kebutuhan spiritual).

Tidak ketinggalan juga dalam acara Mario Teguh Golden Ways, yang pada saat itu ada seorang laki-laki mencurahkan isi hatinya. Dia sedang bingung dan sedih karena perempuan yang sudah dipacarinya selama tujuh tahun tiba-tiba pihak keluarganya meminta uang lima juta untuk mas kawin pernikahannya, namun si laki-laki ini keberatan karena hari H pernikahannya sudah dekat dan kemungkinan sulit untuk mendapatkan uang tersebut dalam waktu dekat. Kemudian laki-laki ini bertanya kepada Mario Teguh, bagaimana nasib hubungannya, dilanjutkan atau tidak? Karena dia berpikiran bahwa “sepertinya” keluarga pihak perempuan terlalu matrealistis. Dengan mudah Mario Teguh menjawab,

“kok lima juta, satu milyar pun akan saya usahakan untuk mendapatkan wanita yang saya cintai, cinta saya dan hubungan yang sudah tujuh tahun terlalu murah dan tidak akan pernah bisa diganti dengan lima juta”.

Siapapun perempuan yang mendengar kata-kata pak Mario Teguh ini pasti akan merasa dimuliakan dan menjadi wanita paling bahagia karena seorang laki-laki yang sudah mati-matian mendapatkannya.

Namun dalam jawaban yang diberikan oleh si Andri dan Christian Bautista sebenarnya bukanlah mengandung makna yang sebenarnya. Setiap laki-laki pasti ingin membahagiakan dan memulyakan istrinya, oleh karena mengapa seorang suami rela bekerja siang dan malam adalah karena satu alasan, yaitu untuk orang yang dicintai agar kebutuhannya terpenuhi. Mencari seorang perempuan yang bersedia diajak “hidup susah” bukan berati seorang suami akan benar-benar mengajaknya menjadi orang yang susah, lebih dari itu setiap laki-laki dan bahkan setiap orang menyadari bahwa kehidupan seperti roda, tidak selalu ada diatas (makmur) namun adakalanya dibawah yang disini diinterpretasikan “hidup susah”. Oleh karena itu seorang suami ingin istrinya selalu mendampingi dalam keadaan apa pun, senang maupun susah, suka maupun duka. Untuk mencapai kebahagiaan tidak hanya dibutuhkan materi namun juga kebutuhan akan kasih sayang yang menjadikan kehidupan pasangan indah dan sempurna.

Oleh karena itu, jangan pernah berpikiran bahwa seorang laki-laki yang mencari istri yang bersedia hidup susah, akan menjadikan istrinya orang yang susah pula. Namun bagaimana keduanya menyikapi dalam segala kondisi dan situasi yang mereka alami.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun