Mohon tunggu...
Ayu Ulfa Dewi
Ayu Ulfa Dewi Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar sepanjang hayat

Bisakah aku menjadi Avatar?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dominasi Laki-laki Tingkat RT

31 Maret 2020   12:00 Diperbarui: 31 Maret 2020   12:14 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Saya adalah seorang pendatang alias warga baru di sebuah dusun yang baru saja pindah lantaran ikut suami. Bukan dusun yang terpencil, karena letaknya tidak jauh dengan kota. Tapi kondisi warganya sangat khas pedesaan. Gotong royong dan kerja bakti masih sering dilakukan.

Tapi beberapa minggu kemarin ada peristiwa yang membuat hati saya bertanya-tanya. Bakda maghrib, suami dan mertua saya mendapat undangan untuk berkumpul di rumah salah satu warga. Ternyata memang setiap kepala keluarga alias bapak mendapat undangan. Karena kepo bertanyalah saya kepada suami, itu kumpulan untuk membahas apa. Pemilihan RT jawabnya. 

Batin saya, pemilihan RT kok tidak mengundang ibu-ibu alias para perempuan. Apakah para perempuan itu tidak mempunyai pendapat? atau memang dianggap tidak penting?

Seumur hidup saya yang hampir kepala tiga ini, saya belum pernah ikut yang namanya pemilihan RT, tapi sudah dua kali ikut pemilihan presiden. Di desa tempat tinggal saya sebelumnya, RT itu seolah olah jabatan dan pangkat abadi hehehe karena sampai sekarang belum pernah ganti dan belum pernah melaksanakan pemilihan RT.

Pun andaikan para perempuan juga turut diundang, mungkin mereka akan manut saja dengan keputusan yang akan diambil oleh mayoritas laki-laki itu. Atau begini, sebenarnya para perempuan itu sudah menitipkan hak suaranya kepada para lelaki atau suaminya, sehingga mereka tak perlu repot-repot datang ke musyawarah pemilihan RT, lebih baik di rumah menonton sinetron atau sibuk menyiapkan bahan untuk memasak esok hari.

Tulisan ini tidak ditujukan untuk menyindir siapapun. Sejak kuliah saya sangat menyukai isu perempuan dan kesetaraan gender. Apa yang saya paparkan di atas adalah bagian kecil gambaran interaksi dunia perempuan dan dunia laki-laki dalam kehidupan nyata. Bagaimana stigma dan pandangan masyarakat terhadap perempuan menjadi hal utama yang sebenarnya ingin saya sampaikan. Sekali lagi tulisan di atas tidak ditujukan untuk mengkritik siapapun. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun