Mohon tunggu...
Ayu Sri surya ningsih sihite
Ayu Sri surya ningsih sihite Mohon Tunggu... Mahasiswa - Everything has beauty but not everyone can see

Mahasiswa STT HKBP Pematangsiantar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Budaya Kerja Keras

18 Maret 2021   14:26 Diperbarui: 18 Maret 2021   14:38 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Budaya kerja keras adalah dampak dari modern kapitalisme. Dimana manusia lebih menghargai materi dari pada apapun (sad, but true). Hal itu bisa jadi karena pemerintahannya tidak mampu menyediakan hal-hal yang mereka butuhkan, bahkan untuk hal yang basic. Hingga manusianya harus terus kerja keras dan akhirnya menjadikan itu sebagai life style. Adanya budaya kerja keras membuat manusia mengukur kesuksesan dengan finansial saja. Bahkan hal-hal lain seperti hubungan antar sesama ataupun dekat orang terdekat, dengan alam, dianggap kurang penting. Budaya kerja keras ini dapat kita katakan ada di masa krisis global, masa digitalisasi yang membuat kita ingin tetap produktif menjalani hari. Pertayaannya, mengapa kita begitu obsess/terobsesi dengan produktivitas?

Society berpikir bahwa produktivitas diperlukan agar kehidupan kita tertata dan finansial terjamin. Atau mungkin bagi kita definisi produktif itu adalah tidak rebahan sepanjang waktu atau meminimalisir kegiatan yang kurang penting. Tentu saja hal itu menuntut kita untuk SELALU kerja keras. Mengapa? Karena di dunia sekarang ini, yang serba digital, kompetisi antar manusia gila-gilaan. Kita seperti berebut untuk menjadi sukses, atau dapat dikatakan, kita seperti berada di hutan. Dimana kita harus lakukan apapun untuk survive. Sekarang ini kita sebagai kaum milenial, dituntut memiliki banyak hal.

Contoh : rumah, mobil dsb. Padahal, kita tahu bahwa semuanya itu sangat mahal. Bahkan di zaman orangtua kita dahulu rumah dan mobil adalah hal yang sangat mahal dan sukar untuk dicapai. Tetapi sekarang ini, kita bisa melihat kenyataan bahwa sudah ada generasi milenial yang menghasilkan uang yang banyak, membeli rumah, mobil dsb karena dimasa muda mereka sudah terbiasa bekerja keras. Dan tentu masyarakat akan sangat bangga dengan pencapaian anak tersebut.

Sebenarnya tanpa disadari, dari kecil kita sudah di internalisasi untuk itu. Dahulu waktu masih bersekolah, kita dituntut untuk mendapatkan nilai yang bagus agar bisa masuk ke universitas yang unggul. Dan mendapatkan pekerjaan yang baik yang terjamin tentunya. Dan yang terpenting mendapatkan gaji yang besar juga. Efeknya ujung-ujungnya uang.

Sadarkah kita bahwa budaya kerja keras adalah salah satu buah dari masalah sistemik. Di mana dapat dikatakan ada yang kurang sinkron dari sebuah sistem. Namun hanya orang yang berperan dalam hal itu yang dapat mengetahuinya. Lalu pertayaannya, apakah sistem ini akan hilang? Tidak tahu. Karena orang-orang yang diuntungkan dari ini semua adalah orang orang yang powerfull. Tentu yang sangat kuat dalam hal finansial dan memiliki kuasa. Dan tentu sangat mungkin bagi mereka untuk melakukan berbagai cara supaya sistem ini tetap berlanjut. Yang jelas, orang-orang yang berada dibawah kemiskinan, tidak akan mendapatkan benefit apa-apa.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun