Mohon tunggu...
Ayu SittaDamayanti
Ayu SittaDamayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang ibu rumah tangga jebolan ilmu hukum, pecinta sastra dan parenting

Ibu rumah tangga dan dunianya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kutemukan Cermin Untukmu

11 Februari 2023   16:00 Diperbarui: 11 Februari 2023   16:24 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber : idpngtree.com) 

"Untuk apa kau menangis, perempuan sial. Kau bahkan tak bisa menjaga dirimu sendiri, apa yang kau tangisi? " Matanya menerawang, ia mulai membuka matanya lebar - lebar dan menatap tajam pada bayangan dalam cermin. " Kau hanya burung pipit sawah kecil yang tak berdaya, terimalah nasibmu dan bergabunglah denganku tenggelam dalam cermin tua ini. "

 Praaang.. Laras melempar cermin itu dengan botol parfum murahan, kemudian ia pun tertawa terbahak-bahak " Tidaaak.. Aku tak mau menjadi sepertimu" Tawanya menggema di dalam kamar sempit itu. "Akhirnya kau menghilang, bayangan sialan, aku memang burung pipit sawah. Namun, kau lupa dibalik sosokku yg kecil, tersimpan kekuatan dan kepintaran untuk memilih biji padi terbaik untuk kumakan."

 Kesabarannya kali ini telah pecah, hancur seperti cermin itu. Ia bergegas melangkah keluar rumah, dengan  kekuatan yang tersisa menahan amarah, kalahlah rasa sakit tubuhnya. 

Tetangga kontrakannya, memandang kearahnya. Ia tak mampu lagi menerjemahkan arti berbagai pandangan itu, entah rasa iba, menyalahkan atau menertawakannya ia tak tahu lagi. Ia berlari sekuat tenaga, menyeret tubuhnya diantara lampu jalanan menuju jalan besar.

Hanya satu tujuan di kepalanya, ingin menemukan cermin untuk monster berkedok suaminya itu, supaya bisa baginya melihat betapa kejamnya ia kini.


Dengan nafas yang mulai sesak, akhirnya ia telah tiba didepan cermin yg ia cari. Tempat itu bertuliskan ' Kantor polisi '. Seketika energinya terasa terisi penuh kembali, ia berlari menerobos masuk kantor polisi, namun hanya sesaat ia merasa kuat, hingga tiba - tiba ia merasakan rasa nyeri hebat di perutnya, rupanya darah segar tengah mengalir deras membasahi kedua kakinya. Pandangannya memutih, tubuhnya ambruk dan samar - samar terdengar suara dari telinganya " Ibu, anda baik - baik saja? ". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun