Mohon tunggu...
Ayu Setia Ningsih
Ayu Setia Ningsih Mohon Tunggu... Batam-Indonesia

Teacher- Mother-Entrepreneur-Writer

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kamu Berhak Bahagia

24 Agustus 2021   08:33 Diperbarui: 24 Agustus 2021   08:43 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna. Setiap kita adalah unik. Berbeda dengan yang lainnya, baik dari bentuk fisik hingga keadaan finansial. Sejatinya, hal ini tidak perlu dijadikan permasalahan di antara kita. Namun, lain halnya bagi orang yang menganggap dirinya lebih di antara yang lain. 

Sehingga senang mencemooh keadaan orang lain. Menurutnya mungkin sepele, namun tidak bagi "korban"nya. Apakah kita bisa menghindarinya? Kita tidak bisa menghindari jenis kepribadian yang seperti ini di dalam kehidupan bermasyarakat yang heterogen, yang bisa kita lakukan adalah membentengi mental kita.

Mental health atau kesehatan mental yang menjadi marak diperbincangkan belakangan ini. Mental adalah sesuatu yang abstrak, tidak kasat mata seperti fisik yang terluka. Pada sebagian orang bahkan tidak menyadari bahwa mentalnya sedang terluka. Terluka sebab masalah yang dihadapi hari ini maupun yang terdahulu.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tentu sering bekomunikasi dengan banyak orang dengan karakter yang beragam pula. Banyak hal yang kita temui, baik itu berupa nasehat kehidupan, pengalaman hidup dari lawan bicara, hingga cemoohan dari si Tinggi Hati. Terlebih jika kamu adalah public figure, seperti selebgram, youtuber, dsb. 

Terdapat sebuah unggahan yang cukup viral di jagat maya belakangan ini dari netizen untuk seorang youtuber "Dasar miskin, mau jadi youtuber kok gak bermodal?" Ditemui juga seorang ibu yang anaknya tampak kurus "Emaknya doang dipercantik badannya. Badan anak gak diperhatikan, kurus begitu." Tak jarang juga kita temui bagi sepasang suami istri yang telah lama belum memiliki momongan, "Dosa apa sih yang kamu perbuat? Sampai lama banget gini belum punya anak?"

Komentarnya terasa pedas, bukan? Sangat. Apakah kita bisa menahan orang lain untuk mengomentari kehidupan kita? tentu tidak. Hal yang perlu kita lakukan adalah membentengi mental kita. Mereka memiliki satu mulut, namun dua telinga. 

Biarkan mulut mereka berbicara namun tetap kita gaungkan kebahagiaan dan prestasi agar didengar oleh kedua telinga mereka. Mereka yang membenci kita akan melihat keburukan saja dari apapun yang kita kerjakan. Namun, mereka yang mencintai kita, akan mampu untuk melihat kebaikan sekecil apapun yang kita perbuat.

Kamu memiliki kehidupan yang perlu diperjuangkan tanpa harus tenggelam di dalam komentar orang lain. Kehidupan kita terlalu berharga jika dipergunakan hanya untuk meyakini cemoohan orang lain "Oh, Iya. Omongan mereka benar. Memang aku tidak layak." NO. Big NO! Kamu pantas bahagia dan memperjuangkan kebahagiaan. 

Sudahi mendengarkan omongan orang lain jika hal itu hanya membuatmu semakin terpuruk. Biarkan mereka berkata apa, satu-satunya orang yang perlu bertanggung jawab terhadap hidupmu adalah dirimu. Bangkit dan susun rencana untuk membahagiakan dirimu dan orang-orang yang mencintaimu. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun