Mohon tunggu...
Philip Ayus
Philip Ayus Mohon Tunggu... -

menjaga kewarasan lewat tulisan | twitter: @tweetspiring.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Revolusi Mental di Lotteria Pesanggrahan

27 Agustus 2015   12:16 Diperbarui: 27 Agustus 2015   12:16 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Rabu (26/8) malam, saya menjemput istri dan anak kami di Lotteria cabang Pesanggrahan, Jakarta Barat. Keesokan harinya, istri saya mendapati bahwa ponsel yang biasa dipakai anak kami untuk bermain atau menonton film anak-anak tidak ada di dalam tas. Hilang.

Seingat istri saya, terakhir kali ponsel tersebut dipakai oleh anak kami di Lotteria, pada malam sebelumnya, sehingga dalam perjalanan ke kantor, saya mampir ke Lotteria Pesanggrahan untuk menanyakan, apakah karyawan di sana menemukan ponsel yang tertinggal.

Setelah menunggu sejenak, supervisor pun datang, dan alangkah leganya hati kami, karena ternyata ponsel tersebut memang tertinggal di sana, disimpankan oleh pegawai Lotteria. KTP saya kemudian dipinjam untuk didata dan dibuatkan surat tanda terima. Tapi, bukan hanya itu saja yang membuat lega.

Ketika menerima ponsel tersebut, saya menyodorkan sejumlah uang sebagai ungkapan terima kasih, namun ditolak. “Tidak usah, Pak,” begitu katanya. Sebuah respon dan sikap yang jarang saya dapati dalam kasus-kasus serupa (kunci motor yang [sering] tertinggal di parkiran, misalnya).

Saya pun teringat dengan website Revolusi Mental yang baru-baru ini menjadi bahan pembicaraan khalayak. Website tersebut konon menggunakan anggaran sebesar Rp 20 juta, tetapi menggunakan sistem keamanan seadanya, sehingga dapat terkena serangan tingkat sedang.

Meskipun sah-sah saja Pemerintah menggunakan media internet untuk mengampanyekan revolusi mental, namun sejatinya, revolusi sejati berasal dari diri pemimpin yang kemudian diteladani oleh bawahannya. Dari pejabat tokoh masyarakat, yang kemudian diteladani oleh rakyat. Bukan dari jargon-jargon yang terus dilantangkan, namun minim keteladanan.

Saya tidak tahu bagaimana sistem perekrutan dan atau pelatihan karyawan di Lotteria Pesanggrahan, akan tetapi yang jelas, sikap dan nilai para pegawainya patut menjadi teladan bagi revolusi mental.

Nah, bagaimana dengan sidang pembaca? Apakah Anda pernah mengalami atau melihat keteladanan serupa? Salam revolusi mental! \m/

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun