Mohon tunggu...
AYU RACHMADIKA
AYU RACHMADIKA Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

seorang mahasiswa yang selalu termotivasi untuk mencoba hal baru, berpikir kritis dan kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masih Tantangan, Teknologi Digital dalam Pendidikan

3 Desember 2022   07:01 Diperbarui: 3 Desember 2022   07:22 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Beberapa waktu belakangan, tepatnya pada tanggal 15-16 November 2022 Indonesia telah menjadi tuan rumah KTT G20. Pada konferensi tersebut tentunya banyak hal yang menjadi fokus diskusi, termasuk pendidikan. Dilansir dari suara.com, Iwan Syahril, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek sekaligus Ketua Kelompok Kerja Pendidikan G20, menyatakan empat persoalan pendidikan masih menjadi tantangan hingga saat ini. Empat isu tersebut yakni; Pendidikan Berkualitas untuk Semua; Teknologi Digital dalam Pendidikan; Solidaritas dan Kemitraan; Masa Depan Dunia Kerja Pasca Pandemi Covid-19.

Dalam artikel ini, penulis akan berfokus untuk membahas isu terkait tantangan yang dihadapi Indonesia dalam penerapan teknologi digital dalam pendidikan. Penggunaan teknologi telah menjadi aspek penting dari masyarakat modern dalam beberapa dekade terakhir. Teknologi memiliki dampak positif pada pembelajaran karena mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam semua aspek pendidikan mereka dan memotivasi mereka untuk menyimpan lebih banyak informasi. Telah dibuktikan bahwa penggunaan teknologi dalam proses belajar mengajar dapat memperluas dan mengembangkan pembelajaran siswa sekaligus mendukung tujuan pengajaran. Lebih jauh lagi, penggunaan teknologi dalam pendidikan telah memberikan dampak yang signifikan, mengubah cara guru mengajar, siswa belajar, serta komunikasi guru dan siswa. Namun, ini bisa menjadi tantangan nyata bagi para pendidik untuk memilih alat teknologi yang terbaik, agar pendidik tidak kehilangan tujuan mengajar, dan tidak salah dalam memahami siswa.

Berdasarkan Halili (2019), salah satu tantangan dunia pendidikan saat ini adalah revolusi pendidikan 4.0 sebagai buah dari lahirnya Revolusi Industri 4.0. Dalam pendidikan 4.0, informasi tersedia di mana-mana, dan proses belajar-belajar menjadi lebih dinamis. Untuk menjawab kebutuhan revolusi industri 4.0 (IR 4.0) di bidang pendidikan, seluruh jenjang pendidikan harus terus mengintegrasikan metode belajar mengajar yang inovatif. Kualitas tenaga pendidik seperti guru sangat menentukan keberhasilan suatu negara dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0. Guru harus menguasai keterampilan, dapat beradaptasi dengan teknologi baru, dan menyadari tantangan global. 

Peran seorang guru sangat menentukan dalam mencapai keberhasilan tersebut. Sebelumnya, peran guru adalah sebagai pemberi informasi dan pengetahuan, pada masa sekarang, guru adalah seorang pemimpin dalam proses pembelajaran. Akibatnya, seorang guru harus menguasai teknologi, khususnya teknologi yang berkaitan dengan dunia pendidikan. 

Selain itu, lembaga pendidikan dituntut untuk menyiapkan orientasi dan literasi pendidikan yang baru. Literasi lama yang berbasis membaca, menulis, dan matematika harus diperkuat dengan mempersiapkan literasi baru yang berbasis literasi data, teknologi, dan sumber daya manusia. Karena siswa akan kesulitan menghadapi Revolusi Industri 4.0 jika tidak dibekali dengan keterampilan tersebut.

Pesatnya perkembangan teknologi selama periode Revolusi Industri Keempat membuat sekolah sulit mengikutinya. Menurut Barlow (2018), ada pandangan pesimistis bahwa AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan akan menggantikan lebih banyak pekerjaan modern daripada yang akan diciptakannya, karena setengah dari pekerjaan saat ini akan diotomatisasi. 

Karyawan dengan standar keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi teknologi baru akan menghadapi persaingan, sehingga pendidik harus mengadaptasi proses belajar mengajar untuk mencerminkan keterampilan ini. Akibatnya, sangat penting bagi siswa untuk diajari cara bekerja dengan mesin daripada sekadar bersaing di antara mereka sendiri. 

Ironisnya, di Indonesia untuk mewujudkan pendidikan yang dapat secara konstan mengikuti revolusi tersebut masih sangat sulit. Hal ini tentu saja disebabkan oleh masih belum meratanya teknologi digital yang sesuai dengan standar itu sendiri. Bagi masyarakat perkotaan, teknologi -- teknologi tersebut tentu menjadi hal yang sudah ditemui bahkan digunakan sehari -- hari. Tapi bagi masyarakat pedesaan hal tersebut berada dalam kondisi yang berbeda. Contoh sederhana adalah koneksi jaringan internet yang tidak sebaik koneksi jaringan di perkotaan.

Lebih lanjut, dalam rangka membangkitkan generasi yang berkarakter dan berakhlak mulia, siswa harus diajarkan moral dan nilai-nilai, baik nilai agama maupun budaya, di era digital ini. Agar mereka terhindar dari berbagai perilaku negatif, seperti tindakan kriminal dan penggunaan narkoba, diharapkan dengan menanamkan nilai-nilai kepada generasi muda, mereka mampu menentukan apa yang terbaik untuk dirinya sendiri, sehingga tumbuh menjadi pribadi yang baik. Salah satu upaya untuk membantu siswa adalah dengan memberikan pendidikan moral di tengah masifnya digitalisasi. Siswa harus dikenalkan dengan konflik moral yang terjadi dalam diri dan lingkungannya, dan pendidikan moral yang diberikan harus konsisten dan serius, sehingga pendidikan memberikan efek positif bagi siswa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun