Mohon tunggu...
Alfiyah  Qurrotu A.
Alfiyah Qurrotu A. Mohon Tunggu... Penulis - guru

masih belajar, dan selamanya akan begitu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kelihatannya Remeh, Banyak Sekali Rahasia di Balik Meja Makan Keluarga Anda!

30 September 2019   00:51 Diperbarui: 30 September 2019   01:02 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar di unduh dari Pinterest.com/megangilger

"Quality time is an accident that happens while spending quantity time with someone" --Bob Thorne

Ingatkah anda, kapan terakhir kali makan bersama dengan keluarga? Pasti jawaban dari masing-masing individu akan mengalami perbedaan. Ada yang baru saja tadi malam, satu minggu yang lalu, atau bahkan setahun yang lalu dikarenakan terhalang jarak yang hanya bisa ditempuh saat libur semester atau libur hari raya besar. Tentu diantara pembaca sekalian selalu merindukan waktu-waktu bersama keluarga tercinta. Siapapun itu, pastilah hal itu terjadi.

Keluarga merupakan inti dari kehidupan manusia. Penting sekali bagi anggota keluarga untuk menyisihkan waktu untuk merayakan waktu yang berkualitas bagi anggota keluarga lainnya. Selain untuk merekatkan komunikasi ringan antara kakak-adik, orang tua-anak, hal itu dapat meminimalisir kemungkinan keluarga tidak harmonis.

Meja makan, memiliki sebuah rahasia besar yang tidak banyak orang menyadarinya. Berbicara terkait meja tidak melulu soal benda yang hampir ada di seluruh rumah manusia di penjuru dunia. Terlepas dari bentuknya yang bervariasi, mulai dari bundar hingga berbentuk persegi, sejatinya meja makan tidak hanya sekadar tempat untuk menyajika makanan. Di balik meja makan, terdapat banyak kemasan cerita yang terbungkus rapi bersamaan dengan kuah sayur sop, nasi, dan lauk pauk lainnya.

Seperti halnya yang telah diwartakan oleh beritagar, Badan Kependudukan dan keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pun mendukung kegiatan yang senada dengan artikel ini. Gerakan kembali ke meja makan menjadi ajakan untuk memperkuat hubungan di dalam keluarga seluruh bangsa Indonesia. Tentunya, sebelum mengkampanyekan gerakan ini, banyak riset yang dilakukan oleh BKKBN. Bagaimanapun, lembaga tersebut menginginkan keluarga-keluarga di Indonesia menjadi semakin harmonis, dan terciptanya pola atau kebiasaan makan yang lebih baik lagi.

Berbagai penelitian telah membuktikan adanya manfaat dari duduk bersama dan menikmati makan bersama, mulai dari perbaikan, tubuh, otak, hingga jiwa. Seperti dilansir dalam everyhealth.com, bahwa memberikan waktu khusus bagi anak akan memberikan dampak positif bagi kesehatan jiwa anak. Aktivitas makan bersama dapat mengubah perspektif terhadap ketidakadilan dan saling menghormati satu sama lain dalam kesehariannya.

Makan bersama keluarga dapat mengarahkan pemahaman anak bahwa segala sesuatu harus melewati proses. Sebelum makanan dapat secara lengkap tersaji di meja makan, tentu ibu atau kakak perempuan menyiapkan makanan melalui proses memasak, bahkan jauh sebelum bisa dimasak, perlu pergi ke toko atau ke pasar untuk memberi bahan dasar masakan. Utamanya perihal melatih kesabaran juga menjadi rahasia tersembunyi dari meja makan.

Lalu, apakah hanya hal itu yang terkandung di balik meja makan?

Dilansir dari Everydayhealth, Linda Centeno, PhD, seorang Psikolog klinis dari Ridgewood mengatakan bahwa di era teknologi canggih sekarang, filosofi meja makan menjadi solusi dalam upaya menghindari waktu yang terbuang sia-sia dikarenakan orang tua dan anak yang selalu sibuk masing-masing dengan gawai pribadinya. Secara tidak langsung, duduk menikmati makanan olahan rumah dapat mengenalkan tentang jenis makanan sehat sekaligus mengajarkan anak hidup sehat. Yang tidak kalah penting adalah ketika makan di rumah, biaya yang dikeluarkan menjadi ramah di kantong. Pun porsi yang dibutuhkan tubuh dapat menyesuaikan kebutuhan tiap-tiap anggota keluarga.

Saat menyantap hidangan di atas meja makan, hal yang seharusnya ditinggalkan sementara adalah gawai. Nah, disinilah dapat diuji seberapa komitmen, baik itu anak ataupun orang tua dalam menaati sebuah aturan. Jika hal tersebut sudah perlahan mewabah di negara ini, penulis yakin seratus persen, kinerja anak-anak saat di sekolah akan meningkat. Seiring terciptanya sebuah kebiasaan makan yang baik, kemungkinan adanya anak anak yang mengenal narkoba, atau hal-hal negatif lainnya akan terkurangi.

Mari, belajar untuk perlahan-lahan membudayakan makan bersama keluarga. Selain memberi dampak yang telah di paparkan sebelumnya. Hal yang tidak kalah penting adalah orang tua dapat membentuk kecerdasa emosinal anak melalui pembicaraan santai yang terjadi saat prosesi makan berlangsung. Memiliki kecerdasan emosi yang baik dapat membantu anak untuk mengelola konflik dan mengembangkan hubungan dengan orang lain lebih dalam.

Semoga bermanfaat.

Batu, 30 September 2019

Alfiyah Qurrotu A'yunina

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun