Mohon tunggu...
Ayu MeiLestari
Ayu MeiLestari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

E-Commerce dan Perekonomian Indonesia

4 Januari 2019   07:19 Diperbarui: 4 Januari 2019   07:39 7954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

E-Commerce atau yang lebih akrab disebut bisnis online kini sudah sangat tidak asing lagi terdengar di Indonesia. Menjamurnya bisnis online di Indonesia sejalan dengan tingginya penggunaan internet dan perangkat telepon pintar. 

Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Indonesia ada sekitar 93,4 juta pengguna internet dan 71 juta pengguna perangkat telepon pintar di Indonesia dan terus bertambah setiap tahunnya. Menelaah hal tersebut dapat disimpulkan bahwa prospek pasar ekonomi digital Indonesia tidak dapat lagi dipandang sebelah mata.

Dalam hal ini, Indonesia sebagai negara berkembang yang berusaha untuk mengembangkan perekonomiannya, tentunya sangat membutuhkan sektor baru yang membantu untuk merangsang pertumbuhannya. Dan bisnis ini merupakan salah satu sektor yang dirasa mampu untuk melakukan pertumbuhan bagi perekonomian indonesia tersebut. 

Perkembangan bisnis yang mengandalkan jaringan internet ini kini cukup pesat dan memberikan dampak positif bagi bisnis yang baru. Karena dalam bisnis ini tidak memerlukan biaya yang besar, serta tempat fisik untuk membuat usaha.

Sehingga dengan modal terbataspun, seorang pebisnis dapat tetap memulai usahanya. Tak perlu repot untuk pergi ke kantor, karena kita bisa melakukan bisnis ini dimanapun dengan menggunakan komputer yang terhubung ke internet. 

Dengan kemudahan tersebut, secara tak langsung, memberikan pengaruh terhadap perekonomian Indonesia lewat terbukanya beragam peluang usaha yang dapat dilakukan oleh pebisnis lokal sekalipun.

Tak dapat dipungkiri, bisnis jenis ini memiliki beberapa keunggulan, baik dari sisi local, maupun perekonomian Indonesia. Dari segi waktu, biaya, dan tenaga, bisnis ini seakan memanjakan penggunanya dengan banyak keunggulan. 

Dan tentunya hal ini akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap bisnis, terutama untuk pengusaha lokal. Dapat dilihat, kini pengusaha barang jadi tak hanya memiliki toko offline, tapi dengan adanya sistem online, mereka mulai untuk melebarkan sistem penjualannya.

Data yang di proyeksikan McKinsey & Co. nilai pasar e-commerce Indonesia akan mencapai US$ 65 miliar atau sekitar 910 triliun rupiah pada tahun 2022. Angka tersebut naik delapan kali lipat dibandingkan tahun 2017 yang nilainya US$ 8 miliar atau sekitar 112 triliun rupiah. 

Dalam laporan berjudul The Digital Archipelago, McKinsey menyebut beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Di antaranya, penetrasi pengguna smartphone, peningkatan daya beli masyarakat, serta adopsi teknologi masyarakat yang relatif cepat.

Berbanding lurus dengan perkembangan e-commerce, Perekonomian Indonesia akan diuntungkan dalam beberapa hal. Pertama, bisnis online semakin mendorong perilaku konsumtif. Dalam risetnya McKinsey menunjukkan bahwa 30% belanja online bukan merupakan kebutuhan rutin melainkan tambahan yang nilainya mencapai kurang-lebih 42 triliun rupiah pada tahun 2017. 

Dan dikarenakan bisnis online diprediksi akan merambah ke berbagai daerah di Indonesia proporsi belanja online juga diprediksi meningkat nilainya sekitar tujuh kali lipat di tahun 2022. Selain itu e-commerce secara khusus turut andil dalam meningkatnya partisipasi perempuan dalam angkatan kerja. Kurang-lebih 35% usaha yang dikelola perempuan akan berkontribusi terhadap total transaksi e-commerce. 

Yang terakhir adalah terbentuknya kesetaraan sosial. Menurut data barang yang diperdagangkan melalui e-commerce harganya 11-25% lebih rendah dibandingkan pasar offline. Sehingga konsumen didaerah terpencil mendapatkan pilihan produk yang lebih beragam serta harga yang lebih murah.

Selain keuntungan-keuntungan yang didapat, e-commerce juga memiliki kerugian. Menurut tuturan Chairul Tanjung, pemerintah perlu waspada dengan dampak negatif yang mungkin timbul dari maraknya bisnis online. Bisnis berbasis internet ini dapat beresiko menigkatkan jumlah pengangguran di Indonesia. 

Pasalnya, menurut beliau proses transaksi jual-beli atau penyedia layanan jasa tanpa mendirikan fisik toko secara konvensional tidak membutuhkan banyak sumber daya manusia. Dengan meningkatnya angka pengangguran maka meningkat pula ketimpangan antara masyarakat menengah atas yang makin sejahtera dengan masyarakat menengah bawah yang semakin menurun taraf hidupnya. 

Selain itu kekhawatiran juga datang dari masa depan e-commerce. Ketergantungan konsumen terhadap kemudahan teknologi daring diprediksi akan banyak mengurangi pekerja konvensional dikarenakan akan tergantikan oleh teknologi komputer dan robot.

Sumber :

Belanja Online, Efeknya Terhadap perekonomian Indonesia dan Bisnis Lokal
McKinsey: Pasar E-Commerce RI Melonjak Jadi Rp 910 Triliun pada 2022
Chairul Tanjung Ingatkan Dua Dampak Negatif e-Commerce

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun