Bambu juga terbukti mampu memulihkan lahan rusak. Misalnya, di Dusun Bulaksalak, Cangkringan, Yogyakarta, Yayasan KEHATI bersama masyarakat menanam 28 jenis bambu di lahan bekas tambang pasir. Sebagai hasilnya, ekosistem berangsur pulih, mata air muncul kembali, burung-burung datang, dan terbangun gerakan ketahanan pangan berbasis bambu hingga ke tingkat desa.
Namun, seperti halnya Thanos yang ‘terlalu yakin’ dengan solusinya, kebijakan iklim pun harus hati-hati agar tidak menimbulkan cobra effect - ketika kebijakan baik justru menghasilkan dampak merugikan. Tentu saja, pelestarian bambu bukanlah satu-satunya solusi iklim, dan terlebih lagi, bukan melalui sistem monokultur atau penanaman satu jenis tanaman saja. Meski sering disebut sebagai green wonder material (material ajaib ramah lingkungan), penanaman bambu secara tunggal justru dapat menimbulkan kerusakan pada ekosistem lokal. Laporan Sean Gallagher untuk Pulitzer Center mencatat bahwa ledakan produksi bambu di Sichuan, Tiongkok, telah menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati, degradasi tanah, dan ketergantungan ekonomi tunggal pada satu komoditas. Monokultur semacam itu justru berujung membuat hutan rentan terhadap hama, penyakit, dan kerusakan ekosistem.
Untuk mengoptimalkan fungsi restoratif ekologisnya, bambu sebaiknya ditanam dengan pendekatan multikultur atau dipadukan dengan berbagai spesies lokal lainnya. Pendekatan ini membantu menciptakan ekosistem yang lebih beragam, seimbang, tangguh, dan mendukung harmoni alam, bukannya menjadikan mendominasi lanskap. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip nature-based solution yang menekankan keadilan, kolaborasi, solusi berbasis komunitas, edukasi publik, dan akuntabilitas pemerintah serta korporasi. Sebuah studi pada tahun 2018 yang meneliti perbandingan antara sistem multikultur dan monokultur pada hutan tanaman menunjukkan bahwa penanaman dengan lebih dari dua jenis spesies mampu menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi, sekaligus memberikan manfaat yang lebih besar bagi keanekaragaman hayati, perekonomian, dan kesehatan ekosistem hutan dibandingkan dengan sistem monokultur (Global Ecology and Conservation, 2018).
Seperti Avengers yang bersatu menghadapi Thanos, bambu memang memiliki kekuatan besar, tetapi tidak dapat dijadikan satu-satunya ‘pahlawan iklim’. Kekuatan sejati bambu akan optimal apabila menjadi bagian dari 'Avengers' ekosistem dimana bambu ‘bekerja sama’ dengan berbagai elemen alam. Dan seperti semangat bangsa Indonesia yang bersatu dalam keragaman, bambu mengingatkan kita bahwa kolaborasi, bukan dominasi, adalah kunci penyelamatan semesta.
Referensi
- Presentasi Dr. Ir. Haruki Agustina, M.Sc - Direktur Mitigasi Perubahan Iklim, Deputi Bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Kementerian Lingkungan Hidup, "Mendorong Arah Kebijakan Pelestarian dan Pemanfaatan Bambu sebagai Solusi untuk Ketahanan Ekosistem, Ekonomi, Sosial” dalam Forum Bumi KEHATI dan National Geographic Indonesia, 18 September 2025.
- Presentasi Ditjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian, "Pengembangan Ekosistem Industri Bambu Terintegrasi" dalam Forum Bumi KEHATI dan National Geographic Indonesia, 18 September 2025.
- Presentasi KEHATI "Merajut Konservasi Bambu Lestari Berbasis Masyarakat: Praktik Lapang Bersama Mitra" dalam Forum Bumi KEHATI dan National Geographic Indonesia, 18 September 2025.
- Boehm, Sophie, dan Clea Schumer. “10 Big Findings from the 2023 IPCC Report on Climate Change.” World Resources Institute, 20 Maret 2023. https://www.wri.org/insights/2023-ipcc-ar6-synthesis-report-climate-change-findings.
- “Punya 175 Jenis dan 24 Marga, Periset BRIN Ungkap Tantangan Studi Taksonomi Bambu di Indonesia.” Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), 3 September 2024. https://www.brin.go.id/news/120503/punya-175-jenis-dan-24-marga-periset-brin-ungkap-tantangan-studi-taksonomi-bambu-di-Indonesia.
- “Daftar Film Terlaris di Indonesia, Jumbo Bersiap Lawan Avengers.” CNN Indonesia, 4 Juni 2025. https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20250603152816-220-1236009/daftar-film-terlaris-di-indonesia-jumbo-bersiap-lawan-avengers.
- “Climate Change or Climate Crisis.” Institute of Certified Sustainability Practitioners (ICSP), 12 September 2023. https://institute-csp.org/media/blog/climate-crisis/.
- European Union. “The Rise and Fall of Monoculture Farming.” Horizon: The EU Research & Innovation Magazine, 17 Januari 2020. https://projects.research-and-innovation.ec.europa.eu/en/horizon-magazine/rise-and-fall-monoculture-farming.
- “Five Ways Bamboo Can Fight Climate Change.” International Fund for Agricultural Development, 17 Januari 2020. https://www.ifad.org/en/w/explainers/five-ways-bamboo-can-fight-climate-change.
- Liu, Corsa Lok Ching, Oleksandra Kuchma, dan Konstantin V. Krutovsky. “Mixed-Species versus Monocultures in Plantation Forestry: Development, Benefits, Ecosystem Services and Perspectives for the Future.” Global Ecology and Conservation 15 (Juli 2018). https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S235198941830088X.
- “Monoculture and Bamboo: Problems and Solutions.” Bambu Batu, 28 Mei 2022. https://bambubatu.com/sustainable-ag-and-the-trouble-with-monoculture/.
- “The Future of Bamboo in Sustainable Living.” Oceans Republic, 30 November 2024. https://www.oceansrepublic.org/post/the-future-of-bamboo-in-sustainable-living.
- “Principles for Just and Equitable Nature-Based Solutions.” SEI (Stockholm Environment Institute), 20 Mei 2022. https://www.sei.org/publications/principles-for-just-nature-based-solutions/.
- “BambooBoost Initiative.” United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), diakses 2025. https://unfccc.int/bambooboost.
- Wade, Samuel. “Appetite for Bamboo Is Damaging Forests.” China Digital Times, 12 Agustus 2011. https://chinadigitaltimes.net/2011/08/appetite-for-bamboo-is-damaging-forests/.
- “Thanos.” Fandom Marvel Cinematic Universe Wiki. Diakses 5 Oktober 2025. https://marvelcinematicuniverse.fandom.com/wiki/Thanos.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI