Mohon tunggu...
Ayub Wahyudin
Ayub Wahyudin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Bukan Anak dari Trah Ningrat, Maka Menulis untuk menjadikan Hidup Lebih Bermartabat!!

Hobi Menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesona Rakyat Miskin

19 Agustus 2023   20:04 Diperbarui: 19 Agustus 2023   20:28 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PERSOALAN abadi yang tak pernah lekang oleh zaman adalah kemiskinan. Miskin artinya tidak berharta dan serba kekurangan, berpenghasilan sangat rendah. Kemiskinan adalah akar kata dari miskin dengan awalan ke dan akhiran an. 

Menurut kamus bahasa Indonesia mempunyai persamaan arti dengan kefakiran yang berasal dari asal-kata fakir dengan awalan ke dan akhiran an. Kemiskinan merupakan keadaan yang tak berdaya atau ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan juga kesehatan. 

Standar miskin dalam pandangan Suparlan adalah kehidupan yang rendah, yang secara langsung nampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin (Suparlan, 1984: 12).

Kemiskinan juga menjadi sumber riset dan  pemberitaan di semua media masa offline dan online, sehingga berkontribusi pada produksi pengetahuan melalui surat kabar, jurnal, buku dan sebagainya. 

Tema kemiskinan kaitannya dengan korupsi, bencana, utang negara, budaya, kesejahteraan, mentalitas, agama, sosial dan politik serta banyak lagi. Kemiskinan ada dimana-mana, perkotaan maupun pedesaan. Kemiskinan menjadi hegemoni elite untuk memperoleh dukungan politik.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) kemiskinan yang ada di Indonesia pada Maret 2021 sebesar 27,54 juta penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan hingga kuartal 1 tahun 2021 atau sekitar 10,14%. 

Tolak ukurnya mengacu pada pendapatan Rp. 427.525 per kapita per bulan. Angka ini turun 0.05 % dibandingkan dengan september 2020 sebesar 10,19%.  Penurunan ini dilansir karena bantuan dana desa yang di gelontorkan pemerintah.

Tafsir Miskin

Negara pun bekerja untuk orang miskin, serta merancang dan mengimplementasikan pengentasan kemiskinan. Ada Bantuan Sosial Tunai (BST), Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BTDD), Bantuan Sosial dari APBD, Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang peruntukannya membantu fakir miskin dan tidak mampu secara ekonomi, Membuat strategi pembiayaan dalam penanganan bencana yang dapat membuat kemiskinan melonjak, hingga dibuat skema Disaster Risk Financing and Insurance (DRFI), menginisiasi pengembangan instrumen nonkomersial seperti zakat dan wakaf Uang Berbasis Sukuk (Cash-Waqf Linked Sukuk) yaitu instrumen pemanfaatan dana sosial Islam (wakaf tunai) untuk membiayai pembangunan akses dan pengentasan kemiskinan melalui proyek pemerintah pada SBSN berakad Wakaf dan lain sebagainya

Tiap wilayah memiliki kategori berbeda soal kemiskinan. Kategori miskin, selalu menimbulkan kemelut yang tak kunjung usai, misalnya Kabid Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Bone, Muh. Zaid (24/12/2021), mengatakan bahwa berdasarkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial ( DTKS ), dari 211 ribu peserta BPJS yang iurannya ditanggung Pemda Bone, ada sekitar 100 ribu yang bukanlah masyarakat miskin. 

Sementara itu, Joko Laksono (kades Klaten) melaporkan kacaunya data penerima bansos. Ia mengaku sempat emosional saat mengetahui bansos justru diberikan kepada orang kaya, bahkan ada yang mendapatkan lebih dari dua bantuan. 

Belum lagi temuan oleh Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini yang mengungkap adanya penerima bansos sebanyak 31.624 dari anggota ASN berupa bansos program keluarga (PKH) dan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT).

Meskipun kriteria miskin diubah, diutak atik dan disesuaikan, metalitas miskin selalu mencari celah melalui kedekatan emosional pejabat desa. Orang mengaku miskin saat pembagian bantuan, sehingga orang miskin yang sebenarnya terpinggirkan. 

Tak hanya soal UMR yang alat ukurnya masih menjadi perdebatan; misalnya tingkat pendapatan daerah, akses kesehatannya, akses pendidikan, pamenuhan kebutuhunan pokok dan lain sebagainya. 

Ada dua tipe kemiskinan di Indonesia, yaitu kemiskinan di wilayah pedesaan dan kemiskinan di wilayah perkotaan. Kemiskinan di pedesaan terjadi karena penduduknya tidak memiliki peningkatan produksi, letak geografis nya terpencil dan sulit diakses transprtasi darat maupun sungai atau laut. 

Sedangkan kemiskinan di perkotaan, karena ketatnya persaingan antar wilayah, dan hegemoni para elite, penguasa serta pemilik modal lebih menonjol dibandingkan di pedesaan.

Perkotaan jadi tempat berlindung orang miskin yang mencari kehidupan layak. Tiap tahun lonjakan urbaninasi memadati Jakarta (sebagai Ibu Kota) yang akan berbenah pindah ke Kalimantan. 

Persoalannya kemiskinan di kota semakin rumit, karena krisis ketersediaan air bersih, lahan yang padat, tak bisa menanam padi, singkong, jalanan macet, kejahatan merajalela, banjir serta potensi bencana amblasnya daerah perkotaan, pengelolaan sampah yang rumit, dan lain sebagainya.

Orang miskin yang memilih tinggal di kota besar, tak banyak yang bahagia dan sukses. Pahit getir di jakarta karena biaya hidup yang tinggi, pendidikan rendah, sementara lowongan kerja tak mampu lonjakan pekerja yang datang membeludak, pada akhirnya, muncul kemisikinan baru, tinggal di pinggiran kali, seoal kesehatan tak peduli, asalkan mampu bertahan dengan segala keterbatasan. Kemiskinan di perkotaan lebih tragis dibandingkan kemiskinan di pedesaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun