Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - The Truth Will Set You Free

Write what I feel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjalanan Natal: Kesederhanaan, Konsumerisme, dan Kemuliaan Allah

25 Desember 2023   04:54 Diperbarui: 25 Desember 2023   07:39 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Natal sejatinya adalah peristiwa mahabesar. Kitab Maleakhi adalah suara Tuahn terakhir yang tercatat dan sejak itu Tuhan tidak pernah lagi mengutus nabi-nabi untuk menyampaikan pesan kepada umat. Maka Israel masuk ke dalam Lorong kegelapan selama empat ratus tahun.

Empat ratus tahun tanpa suara Tuhan adalah saat-saat tersulit karena umat Israel sedang menantikan penggenapan kedatangan Mesias yang akan menyelamatkan mereka. Adakah Tuhan telah melupakan mereka selama-lamanya?

Tuhan tidak pernah lalai menepati janji-Nya. Adalah seorang perawan Bernama Maria. Ia mendapati dirinya berhadapan dengan Malaikat Gabriel yang diutus secara khusus membawa pesan penting. Maria akan mengandung seorang anak laki-laki yang akan disebut Anak Allah. Mesias akan dilahirkan melalui rahimnya.

Maria terkejut? Siapa yang tidak. Dia belum bersuami dan hal itu mustahil terjadi. Karena Roh Kudus akan turun dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi Maria. Ya. Tuhan yang tidak terbatas dan maha kuasa membuatnya mungkin.

Maria memuji Tuhan karena berita itu katanya:

Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan,  dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku , sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.  Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,  karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar  kepadaku dan nama-Nya  adalah kudus. (Lukas 1:46-49 TB).

Maria termasuk bilangan orang-orang yang mengerti janji Tuhan. Ia setia dan percaya akan janji-Nya. Sebagai manusia ia membutuhkan Juruselamat yang akan menebus dan menuntun hidupnya kepada keselamatan.

Kelahiran Yesus melibatkan karakter-karakter unik. Maria yang masih muda belia yang harus mengorbankan mimpi-mimpinya, Yusuf yang berkorban dengan menikahi Maria, Para Majus yang meninggalkan negerinya demi menemukan Yesus, Gembala-gembala yang dianggap rendah oleh masyarakat justru mendapat kehormatan pertama melihat bayi Yesus dan mereka menyembah-Nya.

Natal pertama identik dengan kesederhanaan. Dengan pengorbanan. Undangan bagi orang rendah untuk melihat Sang Raja terbaring di dalam palungan berlilitkan kain lampin.

Namun itu dulu. Sekarang Natal telah bergeser dari esensi spiritual menjadi konsumtif. Natal yang diperingati di seluruh dunia 25 Desember setiap tahun telah menjadi magnet tersendiri bagi banyak orang. Bagi pedagang menjadi musim larisnya jualan, bagi travel agen banyaknya tiket terjual, bagi karyawan musim libur dan jalan-jalan. Apakah itu salah? Tentu hati kita harus kembali dibuka untuk kembali memaknai Natal dengan benar.

Kelompok masyarakat dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan mulai mengurangi porsi tabungannya di akhir tahun 2023. Survei konsumen yang dirilis Bank Indonesia (BI) untuk bulan November menunjukkan porsi menabung kelompok menengah ke atas ini merosot dari 18% pada Oktober menjadi hanya 16,3% di November kemarin. Penurunan ini dipicu oleh belanja akhir tahun jelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Selain itu, banyak kaum menengah atas yang mempersiapkan libur Nataru mereka. (CNBC Indonesia.com / 18 desember 2023)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun