Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Lainnya - The Truth Will Set You Free

Capturing Moments With Words

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kesengsaraan Manusia: Drama Ayub dan Peran Iblis

21 Agustus 2021   10:26 Diperbarui: 21 Agustus 2021   10:32 1347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita tetap melihat suatu rencana sistematis untuk menggerus iman Ayub sampai pada tiitik terendah, namun kali ini rencana itu terdapat pada diri ketiga teman-teman Ayub yang datang dan menghibur dia selama beberapa waktu lamanya.

 Mereka Zofar, Bildad dan Elifas pada awalnya hendak menghibur Ayub tentang keadaan sulit yang sedang dialaminya. Mereka datang dari negeri yang jauh karena mendengar kabar malapetaka yang menimpa sahabat mereka. 

Tetapi seiring waktu penghiburan itu berubah menjadi tuduhan yang pada intinya Ayub pasti telah berbuat dosa dan keadaan yang sekarang dialaminya adalah akibat dosa tersebut. Sebab menurut pendapat mereka bahwa penderitaan yang amat dahsyat seperti yang dialami Ayub pastilah akibat dosa yang pernah ia perbuat.

Lukisan Job Rebuked by His Friends karya Fleece Blanket. (Via Pixels.com)
Lukisan Job Rebuked by His Friends karya Fleece Blanket. (Via Pixels.com)

 Kita kembali melihat bagaimana pola yang sama yang pada awalnya dikerjakan oleh Iblis kini hadir kembali tetapi dalam diri sahabat-sahabat Ayub Sendiri. 

Apakah TUHAN membela Ayub?


Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Teman: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub. Oleh sebab itu, ambillah tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan dan pergilah kepada hamba-Ku Ayub, lalu persembahkanlah semuanya itu sebagai korban bakaran untuk dirimu, dan baiklah hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu, karena hanya permintaannyalah yang akan Kuterima, supaya Aku tidak melakukan aniaya terhadap kamu, sebab kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub.  "Maka pergilah Elifas, orang Teman, Bildad, orang Suah, dan Zofar, orang Naama, lalu mereka melakukan seperti apa yang difirmankan TUHAN kepada mereka. Dan TUHAN menerima permintaan Ayub.  Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu. Kemudian datanglah kepadanya semua saudaranya laki-laki dan perempuan dan semua kenalannya yang lama, dan makan bersama-sama dengan dia di rumahnya. Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya, dan mereka masing-masing memberi dia uang satu kesita dan sebuah cincin emas. TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina. Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan;dan anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima, yang kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh.  Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub, dan mereka diberi ayahnya milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya laki-laki. Sesudah itu Ayub masih hidup seratus empat puluh tahun lamanya; ia melihat anak-anaknya dan cucu-cucunya sampai keturunan yang keempat. Maka matilah Ayub, tua dan lanjut umur. (Ayub 42:7- 17) 

Tuhan membela Ayub karena seluruh perkataannya itu benar dan tulus. Meskipun ia tidak mengetahui kalau Iblis ada dalam seluruh skenario ini ia telah belajar percaya bahwa Tuhan yang ia sembah tidak akan mengecewakannya. 

Ayub telah turun pada titik yang terendah dalam hidupnya tetapi pada titik terendah itu Tuhan justru mengangkatnya dan mengembalikan seluruh apa yang telah hilang dengan bonus dua kali lipat. 

Sikap hati dan respon pada mulut kita amat menentukan kehidupan kita sekarang ini. Seandainya Ayub merespon dengan amarah maka kisahnya tidak akan berakhir baik seprti ini. Di tengah pusaran arus media dan kebebasan berbicara apakah perkataan kita dapat menjadi berkat atau justru mengutuk pencipta dan sesama? 

Kisah Ayub mengingatkan kita bahwa iman kepada Sang Pencipta harus didasarkan kepada suatu hubungan dengan dirinya bukan kepada harta, keluarga dan nama baik yang hanya merupakan titipan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun