Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - The Truth Will Set You Free

Write what I feel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Guru yang Saya Benci

14 Februari 2021   23:50 Diperbarui: 15 Februari 2021   00:34 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : bigstockphoto.com

Saya mengiyakan, tetapi mendekati kelas, saya berubah pikiran kemudian hanya melewati kelas dan berlalu setengah berlari menuju toilet, membuka salah satu dari tiga biliknya, mengunci diri di dalam sampai jam pelajaran selesai. Setengah jam kemudian teman-teman mengetuk pintu toilet dan mulai mengintimidasi. Mereka bilang saya pemberontak secara tidak langsung.

Ibu Aan mengajar dua mata pelajaran waktu itu : Matematika dan Seni Musik. Dua pelajaran itu memaksa saya bertemu dengannya paling kurang seminggu tiga kali, satu kali dimusik dan 2 kali di pelajaran Matematika. Anehnya dulu, sekarang saya mengerti sejak peristiwa itu saya tidak pernah mendengar guru tersebut memanggil nama tidak juga mengabsensi saya. 

Dengan kata lain saya adalah hantu dalam kelas itu. Nilai kedua mapel itu tidak pernah lebih dari 40 dan itu selamanya  tertulis merah di rapot. Baik saya mengerjakan dengan baik seluruh soal ujian atau tidak diisi sama sekali nilai akan tetap sama. Sekarang saya mulai kuatir untuk menjelaskannya kelak kalau anak-anak saya melihat rapot itu.

Setahun setelah peristiwa itu ada kabar yang saya dengar kalau  guru tersebut mengundurkan diri dan akan pindah ke kampung halaman di Solo. Saya tidak pernah mendengar lagi tentang Ibu Aan sampai detik ini, seorang guru yang sekarang membuat saya memahami apa itu proses menjadi pribadi yang lebih baik. Saya selamanya berutang budi kepada beliau.

Lebih dari 20  tahun sejak kejadian tersebut, kehidupan membawa saya menjadi seorang guru juga akhirnya. Profesi yang masuk dalam list paling saya benci dalam hidup terutama karena kejadian puluhan tahun silam tersebut. Nampaknya kesalahan saya dan mungkin juga dari pihak pendidik yang adalah bagian dari sebuah sistem pendidikan masa itu banyak melahirkan luka dan trauma bagi kedua belah pihak.

Selalu dicap nakal dan "trouble maker" oleh banyak guru-guru saya pada masa itu, melecut semangat saya untuk membuktikan pasti ada cara yang lebih baik dalam menjembatani hubungan guru-murid yang lebih baik di masa depan atau setidaknya saya menemukan guru yang inspiratif bagi saya.

 Bagaimanapun sulitnya menghormati seseorang, hendaknya murid senantiasa belajar menghormati dan menjunjung tinggi martabat guru-guru dan sebaliknya pihak guru mencoba menyelami dan bersahabat dengan para murid sebagai bagian penting dari proses pembelajaran kedua belah pihak itu sendiri. Hanya mentransfer ilmu tanpa sebuah "relationship" yang baik hanya akan melahirkan satu generasi pintar tetapi tidak beretika tinggi.

kompilasidata.blogspot.2020
kompilasidata.blogspot.2020

Berdasarkan UU No 14 tahun 2005 pasal 10 ayat 1 menyatakan bahwa seorang guru wajib memiliki 4 komptensi dasar yaitu : Pedagogis, kepribadian, profesional dan sosial. Pada kompetensi kepribadian yang sangat relate dengan cerita saya diatas adalah aspek kepribadian. Dengan kata lain guru dituntut memiliki akhlak yang mulia dalam hal ini ikhlas, rela menolong dan memiliki prilaku teladan bagi peserta didik. 

Seperti asal kata guru dalam KBBI (1994:377)  yang diambil dari bahasa India : "gu: yang berarti gelap  dan "ru" yang berarti bahwa seorang guru mempunyai tugas mengusir kegelapan. Dalam hal ini kegelapan adalah kebodohan dan juga sifat dan karakter buruk/belum matang.

Mengajar semakin hari menjadi semakin sulit dan kompleks dikarenakan juga oleh gap antara milenial dan generasi x mengakibatkan banyak konflik. Pada era-era inilah begitu maraknya perkelahian antar pelajar, bolos sekolah, narkoba dan lain sebgainya. Tentu asumsi ini perlu mendapatkan penelitian mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun