Namun di tengah dominasi lima kekuatan ini, negara-negara lain di Global South, seperti Indonesia, Afrika Selatan, atau Brasil, kerap kali tidak mendapat ruang dalam menentukan arah perdamaian yang lebih adil dan kontekstual. Padahal mereka yang paling terdampak oleh krisis ekonomi global, pengungsi, serta instabilitas kawasan.
Untuk itu, dunia memerlukan langkah korektif. Pertama, diperlukan penguatan media alternatif yang independen dari tekanan geopolitik dan mampu menyuarakan narasi yang lebih adil dan berimbang,Penguatan media independen dan literasi digital menjadi kebutuhan mendesak. Riset UNESCO (2023) menyebutkan bahwa 68% opini publik global dipengaruhi oleh framing berita internasional. Literasi ini akan membantu publik membaca narasi konflik dengan lebih kritis.Â
Kedua, negara-negara nonblok harus kembali menghidupkan diplomasi aktif yang tidak memihak pada kekuatan militer, melainkan berpihak pada nilai kemanusiaan universal. Diplomasi kolektif negara-negara nonblok dan Global South harus dihidupkan kembali. Indonesia, dengan prinsip politik bebas aktif dan pengalaman dalam forum G20 dan ASEAN, memiliki posisi moral untuk menjadi suara penyeimbang
Ketiga, reformasi sistem internasional seperti PBB menjadi semakin penting, agar mekanisme perdamaian dunia tidak hanya menjadi perpanjangan tangan lima negara veto. Reformasi tata kelola global, khususnya di tubuh PBB, menjadi sangat penting. Tanpa perombakan struktur veto dan dominasi lima negara besar, perdamaian dunia akan terus ditentukan oleh kepentingan geopolitik, bukan keadilan global.
Karena jika perang hanya dipahami sebagai urusan militer, kita akan melupakan bahwa korban terbesar dari setiap konflik adalah mereka yang tidak memiliki kekuasaan: warga sipil, pengungsi, dan anak-anak yang kehilangan masa depan.
Di tahun 2025 ini, dunia membutuhkan lebih dari sekadar gencatan senjata. Dunia membutuhkan keadilan dalam narasi. Karena hanya dengan narasi yang adil, perdamaian dapat tumbuh bukan di atas puing propaganda, melainkan di atas pemahaman dan solidaritas antarbangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI