Mohon tunggu...
Ayu Hendranata
Ayu Hendranata Mohon Tunggu... Wiraswasta - Nasionalist and Social Media Influencer

Financial planner & Enterpreneur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lain di Kata, Beda di Dunia Maya

8 Juni 2020   00:05 Diperbarui: 8 Juni 2020   00:15 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Never compare your inside to others outside,so never compare your Google search to social media post" (Seth Stephen)

Beberapa waktu lalu laman media sosial di ramaikan dengan aplikasi Faceapp (baca: saya suka menyebutnya dengan aplikasi Face Ape loe Ape loe) dimana aplikasi ini mampu menghadirkan perubahan wajah wajah paripurna tanpa make up dari tampilan aslinya, bahkan bisa merubah tampilan uang atau mobil menjadi lebih bagus dan keren dari sebelumnya. Mungkin anda tertawa sejenak membacanya, that's good artinya semoga imun disaat kondisi pandemic seperti saat ini tetap terjaga.

Memang ada baiknya , sosial media dibuat penyegaran tiap saat,hingga tidak hanya "melulu" menghadirkan berita berita hoax yang bikin imun makin drop.

Menjelajah sosial media memang sangat mengasyikkan, sebuah riset yang dilakukan oleh Davidowitz menunjukkan bahwa segala hal yang terlihat di laman media sosial seseorang,seperti unggahan foto,video,tulisan,"Likes" bahkan data pribadi di akun seseorang  ,kebanyakan adalah kebohongan atau informasi yang dibuat buat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Cornell University juga menunjukkan bahwa sebanyak 80% orang akan berbohong mengenai umur,berat badan, dll.

Ternyata dalam hal mengisi survei pun,banyak orang melakukan kebohongan jika dilakukan secara anonim (Desirability bias). Kecenderungan manusia menjawab survei secara bias ini terjadi karena mereka tidak mau terlihat buruk di depan orang lain.

Lalu, ke manakah manusia bisa mencaritahu hal yang tak mungkin ia tanyakan di dunia nyata? kemana lagi kalau bukan ke Google? Menurut Davidowitz, manusia lebih jujur kepada diri sendiri ketika merasa terlindungi oleh anonymity lantas menyalurkannya di dunia maya melalui searches, views, clicks,swipes.

Saat ini, Kita bisa mengetahui apa saja yang disembunyikan manusia di dalam pikirannya karena mereka sendiri yang meninggalkan jejak jejak pencarian yang mereka lakukan melalui Google. Salah satu contoh ilustrasi yaitu : bagaimana perbedaan cara pandang seorang istri dalam menggambarkan sosok suaminya di media sosial. Bandingkan dengan jejak apa yang mereka tinggalkan melalui pesan pencari Google. Berikut adalah perbedaan kontrasnya : 

1. "The Best " (Sosial Media Post-nya) --- "Gay" (Sarch engines-nya)

2. "My best friends" (Sosial Media Post-nya) --- "Jerk" (Search Engines-nya)

3. "The Greatest" ( Social Media Post-nya)---"Annoying" (Search Engines-nya)

Tampak kontradiksi antara apa yang ditampilkan orang orang di akun sosial media miliknya dengan rekam jejak digital yang ditampilkan para istri melalui mesin pencari Google.

Ini menerangkan ungkapan "Lain di mulut, lain di hati" bahwa yang berlaku di dunia nyata juga kiranya berlaku di dunia maya.

Everybody lies? Fakta hampir semua orang "berbohong" di dunia maya ternyata tidak jarang menjadi pemicu sejumlah gesekan dan konflik sosial di masyarakat. Sebut saja kasus kian maraknya akun akun penyebar hoaks yang bermunculan. Akun akun ini memanfaatkan kebiasaan pengguna lain yang reaksioner baik dalam merespons berita atau menyebarluaskan informasi tanpa verifikasi dan tidak dapat diuji kebenarannya.

Di sisi lain,pemilik akun penyebar berita palsu ini dapat memperoleh keuntungan dari anonymity di rimba cyber. Mereka dapat dengan mudah menyembunyikan serta memalsukan identitas sehingga tidak terlacak dengan mudah. Begitu juga para penipu penipu online shop yang di era pandemi ini semakin merajalela. 

Salah satu Cara yang bisa Kita lakukan yaitu minimal melihat account information dari profile akun tersebut dibagian setting (untuk melihat sudah berapa Kali akun melakukan perubahan nama), jika berkali berkali ganti nama, patut Kita untuk lebih berhati hati dan waspada sebelum melakukan transaksi.

Tanpa identitas dan keakuratan informasi yang jelas dari pemilik akun, maka mereka dengan mudahnya bergerilya aktif mengirimkan pesan,video,ujaran kebencian,propaganda,bahkan penipuan yang kemudian tersebar secara masif ke group group WA dan sosial media ,dan pada akhirnya merugikan banyak pihak.

So, just be your self and be carefull guysss.
Stay safe and stay healthy

Salam sayang
-Ayu Hendranata-

Sumber riset : dari buku the great shifting

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun