Mohon tunggu...
Ayu Hendranata
Ayu Hendranata Mohon Tunggu... Wiraswasta - Nasionalist and Social Media Influencer

Financial planner & Enterpreneur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pilih Mana, Pribadi Berkarakter atau Pribadi "Tempelan"?

17 Juli 2018   13:22 Diperbarui: 17 Juli 2018   19:43 2928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Makanya, buka dong topeng loe, Jangan jadi orang jaim." Kalimat itu terdengar keras dari seseorang kepada lawan bicaranya ketika saya berada disebuah kafe.

Selintas terlihat ekspresi marah dari percakapan kedua orang itu, spontan membuat saya mau tidak mau menoleh dan sedikit mengganggu konsentrasi saya membaca.

Memang benar zaman sekarang banyak sekali kita temui orang yang bertopeng, bermuka dua, palsu, jaim, dan entah apapun sebutan lainnya yang pantas.

Ini tentu Menarik, lalu bagaimana sih sebenarnya citra seseorang yang didambakan oleh kebanyakan orang, berkarakter kuat atau hanya sekedar tempelan (topeng) alias jaim? 

Karena jujur saja, kalau untuk urusan negara ini, sejak dulu saya sangat merindukan sosok pribadi pemimpin negara yang berkarakter, apa adanya, sederhana yang bisa membawa negara ini ke arah yang lebih baik, dan kini rasanya pemimpin yang saya dambakan tersebut sudah mulai ada dan terlihat nyata.

Buku The 7 Habits of Highly Effective People karya Stephen Covey menjadi panduan saya membahas hal ini.

Covey menyimpulkan bahwa kalau zaman dulu, etika yang berkarakter dari orang orang jaman dulu biasanya selalu berbalut integritas, kerendahan hati, keserderhanaan, kesetiaan, keberanian, keadilan, kesopanan, memiliki prinsip dan karakter kuat. Kualitas moralnya membentuk karakter kepribadian yang tulus dari dalam hati. 

Profil Bung Karno saya rasa bisa mewakili semua itu ,atau para pahlawan-pahlawan kita dulu yang telah berjuang untuk negara ini. Proses mulai dari perjuangan sampai menuju kemerdekaan juga membuat banyak tokoh nasional memiliki karakter kuat. 

Terkadang kondisi yang sulit mungkin juga membuat seseorang menjadi lebih kuat dan berkarakter. Pertanyaannya, haruskah kita mengalami kesulitan atau harus mempersulit diri dulu seperti zaman penjajahan untuk bisa berkarakter ?Jawabannya tentu tidak juga.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Nah kalau zaman sekarang, panduan kesuksesan yang dijelaskan oleh Covey dalam bukunya lebih bersifat superfisial (sekadar tempelan). Kesuksesan yang didapat melalui pencitraan publik, covey menyebutnya sebagai Etika Personalitas.

Tujuannya, ya tentu, untuk mendapat citra yang baik selaras dengan personalitasnya, di mana "Persona" itu sendiri berasal dari bahasa latin yang artinya "Topeng", sama seperti istilah bahasa zaman now-nya jaga imej. Jaim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun