Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suatu Hari di Negeri Kantong Semar

30 April 2022   04:32 Diperbarui: 30 April 2022   05:06 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah satu minggu betinanya jatuh sakit, dan dia pernah mendengar air dalam kantong semar sebenarnya adalahobat. 

Banyak penelitian dan ekplorasi dilakukan ahli botani mencatat kantong, batang dan akar tumbuhan ini bermanfaat bagi manusia. 

Siput jantan berpikir beberapa lama, kemanakah ia akan membawa betinanya agar bisa sembuh seperti sedia kala? Kasihan anak-anak mereka yang masih kecil-kecil, hanya bisa bersembunyi di balik daun-daun basah, sambil mengharapkan ibunya akan segera sembuh. Mereka bisa bermain bersama-sama lagi.

Apalah arti sebuah sumpah, jika aku dan anak-anak kami akan menderita nantinya. Mungkin aku harus menghilangkan rasa benci ini, dan mengakui keunggulan kantong semar apapun itu. Demikian siput jantan bergumam.

Maka dengan hati yang bulat, diputuskannya untuk mengunjungi kantong semar yang tumbuh rimbun di bagian sana. 

Dengan wajah santun, diutarakannya maksud kedatangannya. Dia juga mengatakan rela mati asalkan pasangannya dan anak-anak mereka dapat terus merasakan hidup.


Tak terasa Dewi kantong semar menitikkan air matanya, pertanda turut merasakan kesedihan siput jantan dengan segala keharuan.

"Jangan khawatir, Tuan Siput. Kau boleh mengambil air dalam kantongku. Air yang belum berevolusi, tidak akan menahanmu di sini."

Siput jantan terperangah. Sedikit rasa tak percaya tumbuhan pemangsa seperti kantong semar akan mengabulkan permintaannya hari ini. 

Kota Kayu, 30 April 2022

Cerpen Ayra Amirah untuk Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun