Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Pesta yang Terlambat

30 Oktober 2021   08:15 Diperbarui: 1 November 2021   21:43 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pesta yang Terlambat|foto: AdamBirdPhotography/flickr.com

Sementara itu, suami bibi Emely, Paman Ed, mulai membersihkan kediaman mereka dan menghiasinya dengan bunga-bunga mirip hydrangea di sana-sini. Pria itu tahu persis Lucy menyukai mahkota bunga yang mempunyai pom-pom. Bahkan secara tidak sengaja, warna bunga menyerupai warna gaunnya. Sempurna!

"Untuk apa kayu bakar itu, Paman Ed?" tanyanya melihat tumpukan di sisi tempat tamu berdiri nanti.

Pria itu menoleh, sedikit terperangah.

"Kita akan menyediakan semacam daging yang dibakar dengan bumbu saus pedas manis, tentu..." sahutnya.

Lucy tak yakin dengan ide itu. Tapi kepalanya mengangguk-angguk. 

"Kalau begitu terima kasih..." balasnya sambil tetap tercenung.

Sejak ayah dan ibunya tertembak oleh pemburu, paman dan bibinya inilah yang peduli padanya. Mereka merawat Lucy penuh kasih sayang, sejak anak mereka masuk perangkap dan dibawa oleh manusia-manusia itu.

Tentu ia harus mengerti balas budi. Tujuh tahun bukanlah waktu yang sebentar. Dan Lucy sama sekali tak merasa hidup sebagai yatim piatu di tengah-tengan mereka. Paman Ed dan bibi Emely memperlakukannya dengan sangat hangat.

*

Bulan purnama membulat di balik ranting-ranting pohon. Hawa dingin menari-nari, berkeliaran di akhir musim gugur. Dunia kegelapan menjadi bersinar, terang-benderang sampai ke sudut-sudut hutan.

Lucy melemparkan senyum ke seisi ruangan. Hampir semua undangan sudah berdatangan. Mereka saling menyapa dan bertanya kabar sambil cekikikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun