Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Adilkah Menjaga Cucu Semasa Pensiun?

11 Agustus 2021   08:07 Diperbarui: 11 Agustus 2021   12:00 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menjaga cucu semasa pensiun (Gambar dari Sea Murphy via Kompas.com)

Beberapa waktu lalu, cucu pertama yang bermain-main di atas sepeda motor yang sedang parkir, terjatuh bersama kendaraan sang nenek. Segera anak empat tahun tersebut dilarikan ke rumah sakit dan mendapat beberapa jahitan di keningnya.

Sementara adik perempuannya, selalu saja menyertai sang nenek di lingkungan sekolah, seminar maupun kegiatan lainnya di hotel. Wajahnya yang cantik dan lucu, terpampang dalam akun media sosial sang nenek, dari dokumentasi kegiatan. Begitulah.

Di Korea, menjaga cucu digaji

Saya mengutip dari Kompas.com Di Korea Selatan, Nenek yang Rawat Cucunya Sendiri Digaji Rp 12 Juta Per Bulan, bahwa menjaga cucu layak mendapat kompensasi seperti jika orang tua menitipkan anaknya kepada pihak lain.

Bahkan di sana ramai dibuka kelas-kelas perawatan anak untuk manula. Mereka mempelajari cara-cara modern merawat anak, yang sudah berbeda dibanding zaman mereka dulu. Mereka mempelajari pertolongan pertama CPR, cara menyuap bayi, cara bermain bersama anak-anak, serta pijat bayi yang benar.

Untuk semua yang mereka lakukan secara profesional ini, para manula layak mendapatkan satu juta won atau hampir setara dua belas juta rupiah.

Dilema wanita bekerja atau mengasuh anak

Meski saya konsisten merawat ketiga anak kami tanpa bekerja mencari uang, saya tidaklah memandang sebelah mata mereka yang ingin mengaktualisasikan diri, menerapkan ilmu bahkan menempati posisi yang tepat di luar sana.

Di setiap sekolah, sebagiannya adalah ibu guru. Bayangkan jika seluruh guru adalah laki-laki. Atau posisi para bidan diambil alih oleh dokter laki-laki. Atau jika para pedagang di pasar tradisional semuanya adalah kaum lelaki. Saya sendiri tidak bisa membayangkan.

Beberapa solusi yang dianggap paling bijaksana, tentu sudah berusaha diterapkan. Kaitannya untuk menghindarkan posisi kakek dan nenek yang seharusnya menikmati masa pensiun dengan lebih bahagia, bukan dengan beban kesulitan. Misalnya dengan:

  • Menitipkan anak pada tenaga profesional/baby sitter
  • Memanggil pengasuh datang ke rumah sambil diawasi kakek, nenek atau anggota keluarga lainnya
  • Memilih tempat bekerja yang menyediakan tempat penitipan anak. Hal ini memudahkan untuk bertemu, memberikan ASI dan sebagainya

Masa pensiun yang menyenangkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun