Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mawar Berduri

11 April 2021   15:38 Diperbarui: 11 April 2021   15:51 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: wallpaperflare.com

Adalah maut, yang tak bisa dicegah.

Saat itu kakaknya keluar dari apotik menebus obat untuk Irish. Saksi mata mengatakan Susan terburu-buru menyeberang jalan menuju swalayan di seberang jalan. Bertepatan sebuah motor melesat seperti kilat. Kakaknya terlambat menghindar dan terlempar jauh.

Wanita itu menutup telinganya. Tak mau mendengarkan apa-apa lagi. Tinggal tangisnya berderai-derai di depan ruang ICU. Sampai seorang dokter laki-laki menyampaikan berita.

Jenifer masih tergugu di bawah pohon Kamboja yang menaunginya. Sepasang matanya begitu sembab. Pipinya memancarkan rona merah, pertanda emosinya belum stabil.

**

Ini adalah tahun kedua hubungannya dengan Roy. Istri lelaki itu kini sudah mengetahui siapa selingkuhan suaminya. Roy yang mengatakannya. Akhirnya semua ini memang tak bisa disembunyikan.

Jenifer sedikit pun tak takut dihujat. Sebutan pelakor baginya hanya angin lalu. Anak gadis lelaki itu sempat mencaci-maki habis dirinya di instagram. Wanita itu tak ambil pusing. Semua pasti akan terjadi.

Atau wajah sinis tetangga setiap kali mobilnya melewati jalan komplek. Seakan dirinya lebih hina dari pencuri mobil. Padahal dulu saat suaminya masih ada, para tetangga dengan senang hati menyapanya saat berjalan pagi bersama Irish.

Juga bukan masalah ini, yang membuat Jenifer terusik. Harga diri hanyalah istilah dalam kamus bahasa, tapi tidak ada di otaknya.

Seharusnya Roy menemuinya malam ini. Dengan sebuket bunga ungu yang disukainya dan sebuah kecupan.

Bulan lalu mereka pernah merencanakan menandai hari anniversary dengan pergi ke Raja Ampat. Memotong kue cokelat sambil menikmati pemandangan bawah lautnya yang dahsyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun