Mohon tunggu...
Ayip Tayana
Ayip Tayana Mohon Tunggu... Nahkoda - Keterangan

Bukan Pejuang Kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penelitian Soal Perokok Pasif Sudah Kadaluwarsa

27 Mei 2015   05:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:33 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penelitian tentang rokok tidak pernah berimbang. Selain tidak pernah membeberkan hal positif tentang rokok, penelitian yang biasa dijadikan bahan kampanye antirokok tidak pernah diperbarui. Padahal, ada beberapa penelitian tentang rokok yang selain sudah tidak relevan, juga tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Penelitian soal perokok pasif, misalnya. Dalam buku Obsessive Corbuzier's Diet, Dedy Corbuzier memberikan gambaran tentang penelitian yang dilakukan soal rokok dan bagaimana antirokok mengkampanyekannya.

Tahun 1995, laporan penelitian tentang ancaman kesehatan bagi perokok pasif telah dibantah oleh Congressional Research Service di amerika serikat. Lembaga ini menganalisis secara kritis dan mendalam penelitian soal ancaman kesehatan bagi perokok pasif yang dipublikasikan oleh Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) pada tahun 1992.

Dalam laporannya, EPA menyamakan perokok pasif dengan perokok aktif. Dalam asumsinya, karena ada hubungan antara merokok aktif dan kanker paru-paru, maka juga harus ada hubungan sama antara perokok pasif dan kanker paru-paru.

Dengan asumsi tersebut, mereka mengklaim perkara Perokok Pasif merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, yang membunuh sekitar 3.000 non perokok Amerika setiap tahun akibat kanker paru-paru. Dan laporan ini kemudian digunakan oleh gerakan pengendalian tembakau dan lembaga pemerintah, termasuk departemen kesehatan masyarakat, untuk membenarkan hal ini dan menaruh ribuan larangan merokok dalam ruangan di tempat umum.

Namun masalah yang ditimbulkan oleh Perokok Pasif sama sekali berbeda dari yang ditemukan dengan perokok aktif. Dengan prinsip toksikologi: "Dosis membuat racun," mereka yang bukan perokok menghirup setara 0,03% dari satu batang rokok perhari jika disandingkan dengan perokok aktif. Jumlah ini setara merokok sebanyak 10 batang selama satu tahun.

Laporan EPA ini kemudian dibantah Congressional Research Service (CRS) setelah melakukan studi selama 20 bulan. Bulan November 1995, CRS merilis analisis rinci laporan yang sangat kritis terhadap metode dan kesimpulan EPA. Tahun 1998, hakim federal kemudian menyatakan hal itu batal dan tidak berlaku. Satu poin buruk penelitian soal rokok mulai diungkap.

Kemudian, pada tahun 2003, dalam British Medical Journal dirilis sebuah makalah definitif tentang perokok pasif dan kematian akibat kanker paru. Dalam laporan ini, para penulis mempelajari sekitar 35.000 orang orang California tidak pernah merokok selama 39 tahun dan tidak menemukan hubungan statistik yang signifikan antara paparan perokok pasif dan kematian kanker paru-paru.

Sayangnya hal ini tidak pernah disebarluaskan karena kepentingan kampanye antirokok untuk menggambarkan rokok semengerikan mungkin. Padahal, beberapa penelitian seperti diatas membantah rokok sebagai pembunuh utama manusia. Yang perlu dipahami adalah, rokok sebagai salah satu faktor resiko penyakit, bukan penyebab tunggal.

Karena itu, dapatkah kita menyimpulkan jika kanker pita suara penyakit yang membuat tenggorokan bolong itu disebabkan seseorang menjadi perokok pasif?

Jika begitu, mari kita berpikir logis. Di Indonesia ada 60 juta perokok. Kalau diasumsikan seorang perokok memaparkan asapnya pada 3 perokok pasif, maka mestinya ada 180 juta orang yang tenggorokannya bolong. Bukan begitu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun