Mohon tunggu...
Ayid Suyitno
Ayid Suyitno Mohon Tunggu... -

Lebih 100 media memuat tulisannya. Lebih 100 lainnya menjadi Donor Darah di PMI Kramat, Jakarta Pusat. Pernah menjadi guru dan dosen.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Kik-Kuk" Wig SM, Bicara Penderitaan yang Berasal dari Kemiskinan

15 April 2018   18:28 Diperbarui: 15 April 2018   18:46 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu (14/4-2018) mulai pukul 13.30 WIB sampai tiga setengah jam berikut di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta, digelar acara komplet sastra. Baca puisi dan cerpen, Ulang tahun yang punya hajat, dan Bincang Kreatif dan Peluncuran 2 buku. Itulah event yang digelar Forum Sastrawan Indonesia (FSI) untuk Ketua-nya, Wig SM.

Dua buku yang dibincang adalah "Siapalah Dia Siapa" (puisi) dan "Kik-Kuk" (cerpen). Puisi ditelaah oleh Remmy Novaris DM, penyair yang juragan penerbit Teras Budaya dan pimpinan Dapur Sastra Jakarta. Aku - Ayid Suyitno PS - kebagian mengulas cerpen Wig yang saat itu berulangtahun ke-58. Inilah pembacaanku atas Kik-Kuk:

PENDERITAAN, KEKUMUHAN, YANG BERASAL DARI KEMISKINAN. ITULAH SEBAGIAN BESAR DARI TEMA BUKU KUMPULAN CERITA PENDEK "KIK-KUK" KARYA WIG SM. PARA ORANG KECIL YANG MERASAKAN KEGAMANGAN DALAM HIDUPNYA, TERMASUK ORANG BESAR YANG JUGA BELUM PAHAM MENGELOLA KEHIDUPANNYA. HANYA KEPASRAHAN. TIADA KESEMPATAN UNTUK MEMBELA DIRI. TRAGIS.

ADA 22 cerpen Wig SM dalam "Kik-Kuk". Bagiku, kesemua cerpen itu asyik untuk dibaca. Untuk kemudian bukan sekadar mengetahui dunia yang jarang disentuh para cerpenis. Namun, Wig tidak sekadar memaparkan, bercerita dengan cara yang bercerita, namun terkadang bersifat mistis dan membuat kejutan yang mengecoh kita jika sejak awal ingin menebaknya.

Wig fasih sebagai juru bicara kehidupan 'dunia kelam' yang dikemasnya dengan bagusnya. Meski terkadang membuat kita cekikikan setelah diayun oleh suasana mencekam yang sengaja dibangunnya. Wig memang bicara soal realitas sosial yang ada di sebagian masyarakat bawah kita.

Simak cerpen 'Kesurupan'. Nyaris setiap orang di negeri tahu yang namanya kesurupan. Namun, cara orang mengobati di tokoh cerpen ini tidak lazim, demikian yang harus dikatakan. Karena ia hanya menyasar pada bagian tengah tubuh si perempuan, terutama paha dan sekitarnya. Ternyata, karena Belok, anggap 'dukun' yang mengobati punya asumsi yang tepat terhadap penyakit si tokoh perempuan itu. Bahwa si tokoh perempuan bukan kesurupan seperti pada umumnya yang terjadi, melainkan luapan kemarahan yang sampai pada puncaknya karena mengalami peristiwa hebat dalam hidupnya.

Peristiwa hebat alias tragis memang banyak mewarnai kumpulan cerpen ini. Aku dilanda gemas, marah, dan segala rupa membaca beberapa cerpennya. Betapa harus tidak berdayanya manusia. Betapa nasib menjadi bagian tidak terpisahkan dalam diri seseorang. Betapa sulitnya melambungkan angan dan mimpi menjadi kenyataan. Betapa kenyataan membenamkan orang halaman tak bertepi, tidak bisa mengelak lagi. Betapa memilukan.

Meski dalam karyanya yang lain, Wig juga bisa sama sekali berbeda. Ambil contoh dalam 'Kik-Kuk', salah satu cerpen dalam kumpulan ini yang menjadi judul bukunya, Wig tampak absurd; meski sebenarnya masih membumi. Tentang diri dan kefanaan diri ini. Simak penutup cerpen ini:

"Kembali pada rotasi dan gravitasi bumi; beribu galaxy saling tumbuk. Tanpa titik. Tanpa lentera. Berjalan mengiringi kesadaran nasib.

Apakah nasib akan bisa bicara banyak tentang misteri hidup ini? Tidak! Bahkan, dia sengaja atau tidak, mau atau tidak, harus menyingkir dari sang waktu. Seperti pendulum tak bisa dipercaya lagi.

Hari tak lagi punya arti, sobat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun