Mohon tunggu...
Aya Nurdin
Aya Nurdin Mohon Tunggu... -

Full time traveller, part time student;)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Si Kembar Berbahaya, Brain Wash & Brain Drain!

6 Januari 2012   19:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:14 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dari yang pernah saya lihat dan amati hanya sedikit keluarga Indonesia yang betul-betul bisa mendidik anak-anak mereka diluar sini dengan fondasi agama yang kuat dan nilai-nilai ketimuran yang santun, hanya sedikit sodara-sodara, sekali lagi ada.......tapi hanya sedikit!
Lebih banyak yang ikut-ikutan mendidik anaknya dengan pola barat, memperlakukan anak seperti orang dewasa sejak kecil, mengajarkan kebebasan berekpresi dan tiba giliran mereka remaja, anak-anak ini pun menggonggong balik orangtuanya, menjadi kurang ajar kepada ayah ibunya saat mereka marah atau dilarang-larang melakukan sesuatu. Selalunya kata-kata yang keluar "It's my right!"
Mau lihat contoh polah remaja-remaja sini saat berdebat dengan orangtuanya? Lihat video dari tayangan sebuah program TV dari BBC Three, dimana remaja-remaja British asli dan keturunan berlaku seenak perutnya dirumah, memperlakukan orangtuanya seperti pembantu, membantah nasehat orangtuanya, hura hura all the time, namun akhirnya sadar dan berubah setelah dikirim ke belahan bumi yang lain, tinggal dan berinteraksi dengan keluarga lain yang berbeda dimana anak-anak  dididik dengan cara disiplin dan respek yang tinggi oleh orangtuanya, yang kalo menurut orang sini, ah....cara kolot itu.
Nama programnya adalah The World's Strictest Parents. Anda akan terharu begitu tau, betapa beruntungnya kita orang Indonesia tumbuh dan dididik dengan nilai-nilai ketimuran sejak kecil dari orangtua kita dan ternyata itu pulalah yang dibutuhkan oleh remaja-remaja barat disini.

Ini salah satu episode dimana dua remaja British yang manja dan suka hura-hura dan mabuk-mabukan, dikirim ke keluarga Pengacara Cina diUSA yang sangat ketat tentang nilai-nilai penghargaan pada orangtua.

Lalu video berikut juga menunjukkan dua remaja British, dimana salah satu remaja tsb berasal dari keluarga muslim Pakistan yang memeiliki perilaku sangat jauh menyimpang dari ajaran Islami. Kedua remaja tsb dikirim ke Afrika Selatan dalam keluarga dengan orangtua Lesbian, tapi memiliki dedikasi tinggi pada lingkungan sekitar mereka.

Apa pendapat Anda setelah menonton kedua video itu? Apakah anda ingin anak-anak remaja Anda tertular penyakit westernisasi seperti remaja-remaja diawal episode ini?Ih amit-amit, mudah-mudahan gak ada anak-anak kita kelak yang jadi kurang ajar seperti itu.
Kembali ke topik utama, intinya memilih untuk membangun Indonesia dari dalam maupun luar negeri adalah pilihan masing-masing orang, namun akan jauh lebih baik jika pilihan tersebut benar adanya didasari untuk membuka peluang kemjuan dan pembangunan bangsa dan negara kearah yang lebih baik. Dan bukan karena sebaliknya, mengdepenkan alasan karir semata ataupun kepentingan keluarga.
Kita boleh bangga karena punya seabrek-abrek Ilmuwan Indonesia yang lebih dikenal eksistensinya diLN ketimbang dalam negeri, namun saya pribadi ribuan kali jauh lebih bangga dan salut bagi mereka yang setelah mengenyam pendidikan LN lebih memilih untuk pulang ke Indonesia dan berkarya menghasilkan sesuatu yang mungkin dianggap sepele tapi jauh lebih menyentuh langsung kebutuhan masyarakat Indonesia.
Ingat, anak-anak kita dipedalaman Kalimantan atau Papua sana saat ini jauh lebih butuh guru penuh dedikasi yang bisa mengajar mereka cara membaca tulis dan mengenal dunia ditengah fasilitas yang terbatas, ketimbang Professor atau Doktor dengan titel berderet dari luar negeri yang mampu menelurkan teori-teori baru tentang ilmu pengetahuan diLN, menjadi guru besar dengan gaji puluhan juta di negara lain, tapi jadi gengsi dan turun pangkat saat diminta untuk kembali mengajar diIndonesia dengan gaji kecil dan sarana minim.

Salam hangat dari Sheffield,
Aya*
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ket: *Salah satu mahasiswa Indonesia yang selalu ingat, bahwa dirinya kuliah diUK menggunakan uang pajak dari rakyat Indonesia dan akan membayarnya dengan cara kembali ke tanah air dan berkarya mengaplikasikan semua ilmu yang diperolehnya secara maksimal untuk kemajuan Bangsa dan Negara tercinta, Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun