Mohon tunggu...
Sri Sugiarti
Sri Sugiarti Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

muqiitablog.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[FlashFiction] Kakek dan Dodi

21 September 2013   22:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:34 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sepuluh tahun?" Ujar Lastri memandangku  heran.
"Tapi Las, aku...." Sengaja tidak aku teruskan perkataanku, karena Lastri langsung berlalu dari hadapanku.
Berusaha mengingat dan mencari sebuah benda yang lama sudah aku simpan. Akhirnya benda itu aku temukan di lemari pakaian bagian bawah.


"Ini dia!" Gumamku.
"Apa itu, Ma?" Tanya Dodi putraku satu-satunya yang tiba-tiba ada di dalam kamar.
"Oh, ini. Sebentar......Jangan dulu deh, entar kamu akan tau Dod, " jelasku sambil menghentikan perkataanku.
Dodi masih penasaran dengan benda yang aku  bungkus plastik itu. Semua pertanyaan tentang benda ini, terpaksa aku potong.
"Tapi, Ma."
"Gak ada tapi-tapian. Teruskan belajarmu! Mama pergi sebentar. Paling cuma setengah hari."
Langkahku keluar rumah, sedikit ku percepat. Sesekali menengok kebelakang karena takut ada yang mengikutiku.
Saat menunggu mikrolet, kulihat di seberang jalan ada sosok laki-laki yang membuat mata ini susah untuk berkedip. Karena penasaran, akhirnya aku  putuskan untuk menemui laki-laki tua itu dan menunda kepergianku.
Aku  perhatikan Kakek  itu secara seksama. Mendekat perlahan dan memperhatikan  koran yang dia baca.  Ku lihat dia  sedang mencermati kata demi kata di koran itu.  Dia baca bagian rubrik  orang hilang. Disana ada gambar laki-laki  berumur dua tahunan lengkap dengan penjelasannya.
"Ehemm...Maaf, pak. Bapak cari orang itu?" Sambil aku tunjuk wajah orang hilang yang ada di koran itu.
Kakek  itu menoleh, lalu menatapku tajam. Matanya seperti menyimpan selaksa peristiwa. Keningnya  tampak tua dan lelah. Keriput tulang pipinya  sangat tampak, badannya  yang kurus dan sedikit bungkuk.  Wajahnya seketika berbinar saat aku menyapanya.


"Kamu kenal sama anak ini, nduk. Ini cucu kakek saat kakek bawa kesini buat jalan-jalan. Sampai sekarang belum di temukan. Sekarang cucu Kakek sudah berumur dua belas tahun. Pernah lihat?" Tanyanya penuh harap.


Entah kenapa mulut ini tiba-tiba diam seperti terkunci. Kakiku seakan kaku dan sedikit bergetar. Berusaha berbalik dan meninggalkannya. Ada perasaan takut saat kakek ini mencerca berbagai macam pertanyaan. Aku hanya bisa menggeleng.  Lantas, aku lari meninggalkan Kakek itu.


"Nduk, mau kemana?" Tampak Kakek itu berlari mengejarku, lalu berhenti karena aku lihat nafasnya mulai tersengal.
Aku berlari menyebrang jalan dan menyetop mikrolet yang kebetulan lewat. Aku masuk dan berusaha mengatur  nafasku dan jantungku yang mulai berdetak dengan cepatnya. Sambil berlalu, kutengok kembali Kakek yang aku tinggalkan tadi. Tanganku bergetar saat kudapati plastik yang aku bawa tadi.  Satu setel baju  anak berumur dua tahunan.  Baju yang di pakai Dodi saat aku temukan di  tempat kakek itu berada.  Baju  ini rencananya akan aku buang jauh-jauh dari rumah,  supaya Dodi tidak tau siapa Ayah dan Ibunya yang sebenarnya. Karena aku sudah putus asa  selama  limabelas tahun tidak juga di karunia keturunan.
Note:Tulisan ini hasil belajar dari MFF prompt #26 : Pak Tua Yang sedang membaca Koran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun