Mohon tunggu...
Fadhilah Aliyaturrohmah
Fadhilah Aliyaturrohmah Mohon Tunggu... Guru Sekolah Swasta

Kata atau tulisan tak pernah sederhana dia memiliki arti, cinta, makna tersendiri di setiap bunyinya. Saya suka dengan kata kata oleh karena itu saya ingin mencoba menulis untuk memberi makna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memulai dari Zona Nyaman: Sebuah Pengakuan dan Pencarian

18 Mei 2025   10:55 Diperbarui: 18 Mei 2025   10:55 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Matahari Terbenam (Sumber:Pexeels) 

 Satu kata yang sulit bagiku, yaitu adalah Memulai. Memulai adalah keberanian, memulai adalah bentuk kepedulian, memulai adalah sebuah jati diri, dan memulai adalah proses awal terjadinya sesuatu. Ya mengapa ini sulit bagiku? Tidak lain tidak bukan adalah ZONA NYAMAN. Aku akui aku terlena, aku akui aku terlalu terbiasa. Bohong sekali bahwa selama ini aku katakan "gak, aku biasa aja kok" kalo kata orang jaman sekarang, baperan. Benteng yang kubangun selama ini, tebing yang kususun setinggi mungkin akhirnya rapuh jatuh tak bersisa luluh dihantam kenyataan. Kenyataan yang aku tak pernah sadari selama ini. Kenyataan yang sudah terjadi dalam waktu lama tapi tak pernah aku rasakan sebelumnya. Ternyata banyak sekali yang perhatian padaku, banyak sekali yang peduli denganku. Bahkan termasuk orang-orang yang aku tidak pernah kenal sebelumnya. Mereka yang aku kira cuek denganku, hanya memanfaatkanku dan hanya ingin melihat senyumku, justru perlahan memperhatikanku. Perlahan mengerti usaha kerasku. Sungguh ku tak tahu masalah apa yang sebenarnya ada dalam diriku, sehingga aku tak pernah sadari itu. Ya Allah Ya Tuhanku sebesar apa egoku sehingga aku tak bisa bahagia selama ini, sehingga aku tak bisa merasakan ketulusan mereka semua yang ada di sekitarku. Sebesar apa egoku sampai sampai aku tak dapat mengerti bahwa bagaimanapun kalimat mereka semua itu adalah wujud kepedulian padaku. Sungguh dulu ini yang aku impi-impikan. Tapi sekarang ini yang aku pertanyakan. Seberapa worth-it kah aku ditunggu? Seberapa pantaskah aku diharapkan? Setinggi itu kah kepercayaan mereka padaku? Sebesar itukah harapan mereka padaku ingin melihat aku berhasil? Apakah aku semampu itu di mata mereka? Apakah aku layak ditemani sebegitunya? Ataukah aku yang tidak bisa membaca kemampuanku sendiri. Ya Allah maafkan Hamba yang dzolim ini maafkan hamba yang aneh ini ya Allah maafkan hamba yang sering hilang arah ini. Ya Rabb yang kutahu hanya satu ku hanya perlu menjalankan perintah-Mu dengan sebaik mungkin. Termasuk peduli pada orang lain. Sungguh aku tak punya apa-apa untuk bisa aku beri ya Rabb  tapi aku bisa berupaya memberi senyumku, memberi ruang kepada mereka, memberi waktuku untuk mereka. Tapi aku tak pernah tahu kalo mungkin untuk beberapa orang merasa terlalu nyaman denganku terlalu akrab dengan diriku. Kalo kata orang sekitarku, kamu itu gak peka! Menurutku justru aku terlalu peka dengan kebutuhan orang lain dibanding kebutuhanku sendiri. Sehingga dewasa ini aku tidak tahu arah mana yang kutuju, apa minatku? Apa bakatku? Apa kompetensi ku? Apa peranku? Apa kelebihanku? Dan apa kekuranganku?. Ya Allah sungguh ku selalu berusaha untuk mendahului hak-Mu mendahulukan kuasa-Mu mendahulukan keajabiban-Mu. Sungguh ya Rabb hanya itu pegangan hidupku hanya Engkau lah yang paling hamba percaya yang paling hamba yakini. Meskipun desas desus prasangka silih berganti datang dalam hidupku, kenyataan pahit harus aku terima, ketakutan, kegelisahan, kegundahan hati tak pernah benar-benar sirna. Tapi Ya Rabb sungguh hanya itu yang dapat aku lakukan sebagai hamba-Mu. Maafkan aku yang kurang ini, maafkan aku yang hina ini, maafkan aku yang munafik ini ya Rabb. Kalo boleh aku mau berbangga sedikit ya Allah sebagai hamba hamba betul-betul belajar tidak menyimpan dendam dengan orang lain hamba sungguh-sungguh dalam upaya memaafkan meski begitu menyakitkan. Hamba benar-benar belajar untuk mencoba tidak menyusahkan tidak merepotkan dan tidak mendzolimi orang lain. Kalo orang menyebutnya People pleaser mungkin orang lelah, orang tidak mau menjadi people pleaser tapi ya Rabb jauh dalam lubuk hatiku aku justru sangat bersyukur ditakdirkan seperti ini aku bersyukur memiliki hati yang begitu peka dengan perasaan orang lain, aku bersyukur memiliki muka yang mudah tersenyum, aku bersyukur memilih memendam luka dan memaafkannya dalam hatiku selamanya aku bersyukur akan trauma yang aku alami di masa lalu. Karena disinilah pada akhirnya aku bertemu pada satu titik. Aku tidak pernah benar-benar kuat tapi Bersama-Mu ya Rabb engkau selalu menguatkanku. Hati itu, langkah itu, rasa itu, emosi itu, amarah itu, kejadian itu, dan semua yang aku alami atau semua yang telah aku jalani alasan ku hanya satu unttuk menghindar yah sesimpel untuk menjadi hamba yang Kau Cintai, hamba yang kau Ridhoi, hamba yang selalu Kau sayangi. Dengan takdir inilah hamba bisa belajar meng 0 kan harapan kepada manusia. Lewat alur kehidupan seperti inilah hamba merasakan bahwa Engkau begitu dekat dan lekat dalam kehidupan fana ini. Dengan takdir inilah membawa hamba pada rasa indahnya iman nikmatnya islam powerfull nya tawakkal. Hamba ingat ya Allah hamba pernah janji pada-Mu "ya Allah hamba mau berjuang. Hamba mau berusaha meskipun jalan itu tidak pernah mulus, meskipun tertatih-tatih tuk sekedar melangkah walaupun begitu sedikitnya aku dalam berproses. Bukankah tidak ada yang sia-sia dalam pandangan-Mu ya Rabb bahkan terkadang manusia belum mengucpakan saja baru ada dalam hati, Engkau sudah dapat memahaminya Engkau langsung mengabulkannya baik secara langsung atau tidak langsung. Ternyata hidup ini se simple bawa alurnya kepada Dia Yang Maha Memiliki Kehidupan ini.

            Alasan kenapa kami sebagai seorang hamba hidup adalah karena rahmat yang Allah berikan tidak pernah berhenti, satu circle boleh membencimu, satu keluarga besar boleh mengabaikanmu bahkan pasangan sekalipun bisa cuek padamu, tapi Allah sang Rabbul 'Alamin Dia berbeda, Dia Maha Baik, di tengah kesulitan, kehampaan, kekalutan dan keputusasaan dunia. Ada Dia Dzat yang Selalu Baik Mengawasi, ada Dzat yang selalu melihat usaha hamba-Nya. Ada Dzat yang selalu menunggu harapan hamba-Nya dan yang paling senang Ketika ada hamba yang mendekat kepada-Nya. Hanya Engkau ya Rabb yang tidak pernah mengecewakan hamba, hanya keyakinan pada-Mu yang membuat hamba bertahan, hanya karena ilmu mengenal-Mu yang membuat hamba mau survive dalam hidup ini. Janji-janji kemenangan itu seolah selalu bergema dalam keimanan kami ya Allah terlepas dari seberapa banyak kekurangan kami. Harapan-harapan hanya karena kami beriman pada-Mu itulah yang menjadi alasan kami hidup, harapan mencoba berusaha, menjadi sesorang yang bermanfaat atau sekedar ingin mengenal-Mu lebih dekat itu yang kami usahakan. Kalaupun selalu ada yang menakutkan bagi kami, meski itu setiap saat setan selalu membisiki hati kami, belum godaan bisikan yang berwujud manusia. Tapi hanya dengan mengingat, dzikir kepada-Mu hati seketika tenang, syukur itu akhirnya dapat terucap, sabar itu semangat untuk kami usahakan dan kebahagiaan selalu kami dambakan di ujung penantian. Ya Rabb siapa yang tahu masa depan kami kalau bukan Engkau? Ya Rabb siapa yang tahu umur kami sampai kapan kalau bukan Engkau? Ya Rabb siapa lagi yang dapat menjamin kehidupan kami kesejahteraan kami dan keamanan kami di dunia kalau bukan Engkau? Hamba tidak tahu bagaimana hamba-hamba-Mu yang lain hamba tak tahu alasan kenapa mereka mungkin ada yang seolah menghakimi kehidupannya dan merasa selalu kurang dan kurang. Tapi disini hamba selalu bisa merasakan ruang keindahan di hati hamba hanya dalam mengingat-Mu ya Allah. Oleh karena itu, mohon petunjuk-Mu ya Allah mohon bimbingan-Mu untuk kami menjalani hari-hari kami di dunia ini. Berat ya Allah saat hati kami jauh dari-Mu begitu sesak sekali rasa dada ini. Sehingga pada ujung cerita ini hamba tahu kenapa harus istiqomah. Kalau bukan Allah yang menguatkan siapa lagi? Sebagai manusia sudah merasa amankah kita dari kejamnya dunia sekuler ini, dunia modernisasi ini, dunia yang penuh dengan permainan dan senda gurau ini? Kalau bukan karena hidayah kalau bukan karena petunjuk kemana arah hidup ini? Untuk apa hidup ini diperjuangkan? Untuk apa kehidupan yang penuh dengan segala problematika ini kita usahakan mati-matian? Sesederhana iman menjawab untuk menjemput kebahagiaan di dunia selanjutnya dunia yang abadi. Dunia yang hanya amal yang berbicara kehidupan yang akan selamanya terus menerus seperti itu, ya kehidupan akhirat. Tempat seorang muslim yang beriman bukan disini bukan di dunia yang kata Allah rendah ini, tapi di akhirat dimana tidak ada rasa haus yang melanda, tidak ada rasa lapar yang menyiksa, tidak ada lelah dan letih semua hanya soal perhitungan atas segala pertanggung jawaban dari sang Maha Memiliki

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun