Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Titik Tiga Netra Petrikor

14 Agustus 2022   06:27 Diperbarui: 14 Agustus 2022   07:00 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto Ri_Ya (Ri Burtov)/ Pixabay 

Ada juga tak menggunakan tanda penghubung untuk kata ulang. Seperti kata "orang-orang", hanya ditulis orangorang. Atau dalam puisinya tak menggunakan huruf kapital di awal kalimat. Semuanya menggunakan huruf kecil.

Untuk puisi itu sah-sah saja. Penyair mempunyai "kengesokan" apa yang disebut lisensi puitik. Walaupun begitu, sebaiknya sebuah puisi tak berkata-kata aneh atau menganehkan kata-kata.

***

Ilustrasi mata. Shutterstock via hellosehat.com
Ilustrasi mata. Shutterstock via hellosehat.com

Hal kedua, netra.

Saya tidak tahu mengapa ada penyair lebih suka menggunakan diksi netra untuk menggantikan kata mata. Kalau netra cuma mempunyai satu arti: mata! Alat untuk melihat. Sedang mata bisa ditafsirkan sangat luas. Bukan sekadar alat penglihatan saja.

Coba baca contoh-contoh berikut: mata air, air mata, mata kaki, mata batin, mata-mata, bola mata, bulu mata, mata pisau, mata keranjang, mata duitan, mata uang, dan sebagainya.

Bagaimana kalau kata "mata" di atas diganti dengan kata "netra"? Nganu, kan? Menurut saya lebih puitis kata mata dibanding netra.

Bukan pada puisi saja, tapi ada juga pada cerpen. Coba rasakan kalau pada cerpen ada kalimat, "Saat netranya menatap, dadaku berdebar-debar."

Kayaknya maksa banget. Karena ini ungkapan yang tidak umum.

Saya menduga ini ada semacam saran pada grup-grup penulisan, agar menulis diksi-diksi yang tak biasa. Juga dalam menulis puisi sebaiknya jangan ada pengulangan kata pada baris atau bait berikutnya. Diganti padanan kata yang searti. Kecuali memang kalau kita ingin menulis sajak repetitif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun