Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Kado Terindah) Kenang dan Tiga Batang Cokelat

10 Oktober 2019   23:19 Diperbarui: 10 Oktober 2019   23:23 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com 

Seminggu lagi Kenang tepat berusia 17 tahun. Suatu usia peralihan menuju dewasa. Bagi Kenang itu sebenarnya sebagai perubahan biasa saja. Sejauh yang ia ingat, sejak kecil hingga menginjak usia remaja ia maupun keluarganya tak ada tradisi untuk merayakan hari ulang tahun. 

Ia hidup dari keluarga sederhana. Ayahnya hanya sebagai tukang ojek setelah beberapa tahun yang silam terkena PHK, karena pabrik tempat ayahnya bekerja melakukan perampingan karyawan. Untuk menambah penghasilan, setiap pagi ibunya berjualan nasi uduk. 

Jadi terlalu mengada-ada, atau mungkin juga berlebihan, kalau sampai ia mengadakan acara ulang tahun, bahkan acara sederhana sekalipun. Kenang sendiri juga tak berani mengajuk kepada orangtuanya 

Tapi sekarang tujuh belas tahun. 17 tahun! 

Sebenarnya Kenang ingin melewati seperti hari-hari biasa saja, seperti tahun-tahun yang pernah ia lewati sebelumnya. Tak ada balon-balon, kertas warna-warni, tiup lilin, kue tart yang dipotong, nyanyian "selamat ulang tahun". Tak ada. Sekadar ucapan "panjang umur" atau "selamat ulang tahun" pun tak ada. 

Pikiran Kenang berubah setelah peristiwa dua bulan yang lalu. Tasya, kembang di kelas, membuat heboh kelas XII IPA-1. Tasya merayakan ulang tahun ke-17 di kelas. Kawan-kawan mengucapkan "selamat", sebagian memberi kado. 

Terlihat rona kebahagiaan di wajah Tasya. Tasya membagikan kue dan makanan ringan lainnya -  dibungkus dalam plastik  - kepada teman-temannya. Tampaknya memang sudah dipersiapkan sebelumnya. Bukan itu saja, Tasya menraktir kawan-kawan sekelas di kantin. 

Sebulan yang lalu giliran Icha yang bikin heboh. Ia dikerjai kawan-kawan sekelas. Hari itu ia seperti merasa kawan-kawannya tak suka dengan dirinya. Kawannya mudah sekali marah. 

Begitu juga Bu Indri, Wali kelas, tak biasanya ia memarahinya. Padahal ia ada mengerjakan PR yang ditugaskan Bu Indri. Icha sendiri heran, dan sedih. 

Di puncak kebingungannya itu tiba-tiba kelas meledak dengan tawa, kemudian diiringi nyanyian "selamat ulang tahun". Icha terharu bahagia. 

Selain itu banyak lagi kawan-kawannya menandai tepat usia 17 dengan momen-momen menarik, walau sekadar menraktir kawan satu "geng". 

Kenang ingin merasakan itu. Menraktir kawan-kawannya? Tentu tidak. Kenang tak cukup uang untuk itu. Juga tak perlu ada yang memberi kado. Ada memberi ucapan selamat, cukuplah. 

Tapi Kenang tak punya geng. Di sekolah ia dikenal sebagai anak pendiam, bahkan cenderung rendah diri. Ia juga bukan pusat perhatian di kelas. Wajahnya biasa-biasa saja. 

Pun prestasi akademiknya tidaklah menonjol, tidak bodoh tidak juga termasuk anak yang pintar. Kalaupun namanya sering disebut, itu biasanya berkaitan dengan urusan bayaran sekolah. Kenang selalu terlambat membayarnya.                                    

Pihak sekolah biasanya biasanya selalu mengumumkan lewat speaker  yang terhubung di tiap-tiap kelas. Mungkin maksudnya agar siswa yang bersangkutan merasa malu, dan lekas membayar. 

Dan Kenang memang malu, tapi mau apa lagi? 

Sekarang, seminggu lagi, umurnya tujuh belas tahun. 17 tahun! 

Kenang melihat kawan-kawannya seperti tak ingin melewati begitu saja, saat umur mereka tepat tujuh belas tahun. Kawan-kawannya -  terutama anak perempuan  - menandai umur tujuh belas sebagai sesuatu yang sangat, sangat spesial. Maka jauh-jauh hari mereka sudah mempersiapkannya. 

Kenang juga ingin merasakan momen seperti itu. Adakah yang memberi kado, mengucapkan selamat ulang tahun? Kenang berdebar membayangkannya. 

Seminggu lagi! 

***

Hari ini Kenang tepat berusia 17 tahun. Kenang berharap saat bangun pagi, ibunya memeluk dengan hangat, mencium pipinya, membisikkan ucapan "selamat ulang tahun" di telinganya. 

Sayang itu hanya sebatas harapan. Dilihatnya ibunya sedang sibuk mempersiapkan jualan nasi uduknya. Sedang ayahnya sudah keluar usai Shalat Subuh tadi. Pun adiknya yang kelas 5 SD itu, sedang merengek minta uang jajan sekolah. Biasa-biasa saja, seperti halnya rutinitas hari-hari kemarin. 

Mungkin di sekolah nanti? Kenang berdebar-debar. 

Di sekolah, di dalam kelas, Kenang melihat teman-temannya beraktifitas seperti biasa. Juga Bu Indri, wali kelasnya, mengajar seperti biasa. Ia tidak dipanggil ke depan kelas, tidak dimarahi. Tidak. Tidak ada yang aneh. Mungkin saat istirahat? 

Tidak juga. 

Sampai bunyi bel terakhir tak ada kejutan seperti yang diharapkan Kenang, hingga Kenang duduk sendirian di dalam kelas. 

Kenang menyusuri koridor sekolah yang mulai sepi. Mungkin di ujung koridor teman-temannya sedang menunggu, mengagetkannya menyiram tubuhnya dengan air. Tidak ada. Sepi. 

Di gerbang sekolah? Tidak. 

Di..., di halte, mungkin? Kenang masih berharap. Tidak. Sama saja. 

Di dalam angkot menuju arah pulang, Kenang tercenung, memandang ke jalanan dari balik kaca. Kenang tersenyum sendiri. Menyalahkan sekaligus memaafkan dirinya sendiri. Aku ini siapalah, batin Kenang. 

Sesampainya di rumah, tanpa mengganti seragam sekolahnya, Kenang berbaring, menatap langit-langit kamar. Hari ini tepat usianya 17 tahun. Apa artinya? Mungkin tak ada, sama dengan hari-hari kemarin. Mungkin kalau perlu dicatat, tepat di usianya yang ke-17, Kenang ada mengingat tanggal kelahirannya. Itu saja. 

Belum lama berbaring, terdengar suara ketukan di pintu. Kenang bangkit dan membukanya. Tampak seseorang dengan pakaian seragam sebuah perusahaan jasa pengiriman. 

"Kenang?"

Kenang mengangguk. 

"Nih, ada paket kiriman. Tolong tanda tangani ini," orang itu menyodorkan sebuah kertas kecil. 

"Kenang? Wah, nama kamu bagus, ya...? Heh, rupanya kamu sekarang ulang tahun?" orang itu membaca tulisan di bungkus paket itu, "Selamat, ya...!" 

Kenang terpana, ragu. Tapi disambutnya juga uluran tangan orang itu. Setelah itu orang itu berlalu. 

Tapi kemudian Kenang seperti tersadar, dikejarnya orang itu. 

"Ada yang salah?"

"Nggak. Ng..., anu, terima kasih ya, ucapan selamatnya. Mas orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun selama hidup saya... "

Orang itu tertawa, "Saya pikir, apa. Itu kado dari pacarnya, ya?" 

Kenang tersipu. 

Kemudian Kenang kembali masuk rumahnya. Kemudian ia memperhatikan paket itu. Ada tulisan kecil: Untuk Kenang. Selamat ulang tahun! 

Kenang tersenyum kecil. Perlahan dibukanya paket itu, ada tiga batang cokelat.                                                     

Tiba-tiba muncul adiknya. 

"Wuih, cokelat! Minta ya, Kak? Dua?"

Kenang mengangguk. 

Adiknya langsung menghambur keluar setelah diberi dua batang cokelat, tanpa bertanya apa atau bagaimana soal cokelat itu. Kenang juga tak mempersoalkannya. 

Selain cokelat ada tulisan di secara kertas: Selamat ulang tahun yang ke-17. Semoga Kenang tetap menjadi anak yang baik. Jangan jadi anak yang minder. 

Kembali Kenang tersenyum. Walau tulisan itu seperti asal-asalan, tapi Kenang tahu tulisan siapa itu. Bagaimana mungkin ia tak tahu dengan tulisan itu, karena tulisan itu dia sendiri yang menulisnya. 

Begitu juga dengan cokelatnya, ia yang mengirimnya tiga hari lalu. Ya, Kenang yang mengirim cokelat dan ucapan selamat untuk dirinya sendiri. 

Tapi tak disangka orang lain - pengirim paket itu -  yang pertama mengucapkan "selamat" untuk dirinya. Kenang merasa bahagia, ternyata ada juga orang yang mengucapkan "selamat ulang tahun" kepada dirinya, walau itu karena kejadian tak sengaja. Kenang merasa itu adalah kado terindah dalam hidupnya, tepat saat usianya tujuh belas tahun. 

Kenang menikmati cokelat yang tinggal sebatang itu. Juga menikmati saat air matanya jatuh. ***

Cilegon, Oktober 2019. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun