Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lowongan Kerja

2 Oktober 2025   06:06 Diperbarui: 1 Oktober 2025   23:03 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Anggi meletakkan belanjaannya di meja sarapan. Tidak banyak. Sebungkus oatmeal, empat botol yoghurt, sekotak jus jeruk, enam telur ayam omega, satu wadah mentega rendah lemak, semua jenis makanan pokok supermarket, dan satu botol plastik susu skim satu liter. Ada juga selada gunung dan empat tomat.

Dia melihat tumpukan yang sedikit itu.

Apakah ini yang sekarang terjadi dalam hidupnya? Makanan dari rak  supermarket?

Namun, ada satu barang yang tersisa di tasnya. Makanan untuk satu orang yang bisa dipanaskan di microwave dari konter 'barang diskon'. Dia mengeluarkan bungkusan kecil itu dari tas dan menatap stiker berlabel di bagian depannya.

Harga 44.900 diskon jadi 39.900. 

Diskonnya tidak banyak, pikirnya, mengingat barang itu sudah memasuki tanggal 'Sebelum'. Ibunya tidak pasti akan setuju dia memakan barang diskon karena tanggal kedaluarsa, tetapi ibunya tidak setuju dengan semua 'makanan siap saji' dengan harga berapa pun.

"Kau tidak tahu apa yang ada di dalamnya," hardik ibunyai. "Sampah pabrik. Semua yang kau makan penuh dengan bahan kimia."

Sampai saat ini, Anggi telah menerima tanpa ragu mantra ibunya bahwa satu-satunya makanan yang baik adalah makanan yang disiapkan sendiri, dan memang benar bahwa lebih murah untuk membuat makanan sendiri dari bahan-bahan segar, tetapi dia telah melihat ayam asam manis siap saji di rak diskon memanggilnya.

"Beli aku. Ayo. Aku tahu kamu mau." 

Dia hampir mengembalikannya, tetapi, meski dompetnya menipis, masih ada sedikit percikan pemberontakan yang mengintai di suatu tempat jauh di lubuk jiwanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun