Kembali ke perilaku korupsi yang masih terus hadir tak pandang waktu dan situasi. Situasi pandemi saat ini bisa jadi makin marak korupsi karena dipandang lemah pengawasan dan tingkat interaksi yang minim. Rupanya salah besar sebab di masa pandemi justru banyak mata memandang dan cemas memantau.Â
Setelah kejadian OTT KPK di Kemensos ada beberapa yang kena jaring di antaranya PPK ( Pejabat Pembuat Komitmen ) Bansos (Bantuan Sosial) . Tentu saja perilaku korupsi tak berdiri sendiri. Hal ini akan merembet ke pihak-pihak lain yang terlibat.Â
Miris memang dan kita cuma bisa elus dada lihat uang rakyat jadi bancakan di saat Bansos jadi tumpuan harapan banyak orang. Bansos malah jadi tunggangan memetik uang demi kepentingan pribadi.Â
"Mbok ya pilih-pilih toh kalo mau korupsi, ya mosok bansos masih main korupsi juga. Itu kan sudah masuk urusan perut rakyat langsung"
Sebenarnya sih kalau urusan korupsi jelas tidak ada urusan pilih-pilih. Ada kesempatan ya sikat langsung tanpa lirak-lirik apapun bentuknya. Tapi ya kan di Bansos itu ada isi bahan pangan yang mesti dibagikan langsung ke rakyat. Kalau ada suap di oknumnya tentu akan besar kemungkinan terjadi pengurangan kualitas atau jumlah atas isi bansos yang akan diterima rakyat.Â
Contoh seperti beras yang harusnya kualitas bagus akan turun kelas karena adanya 'setor uang' atau gratifikasi yang sudah dilakukan di depan.Â
Apa yang dilakukan segelintir orang tersebut tentu berdampak luas ke jutaan rakyat melalui kantong bansos yang hadir sampai rumah tak utuh secara kualitas bahkan bisa juga kuantitas.Â
Semoga ke depan semua bisa menjadi pelajaran terbaik dan membuka mata bahwa jabatan adalah amanah dan rakyat harus dilayani sebaik-baiknya. Walaupun pelajaran tentang kejadian korupsi sebelumnya sudah menggunung.Â
Bukankah rakyat sudah membayar setiap bulan atas setiap pekerjaan yang dilakukan oleh para pelayan rakyat? Jika kurang pun rakyat selalu bersedia menaikkan gaji pelayan rakyat dengan lakukan dialog melalui wakilnya di DPR. (Isk)Â
