Mohon tunggu...
Awwaludin April
Awwaludin April Mohon Tunggu... Lainnya - S. Ag

Hanya mencoba menuangkan pikiran yang semoga bermanfaat bagi kita semua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berhentilah Mengumbar Aib Sendiri dengan Kedok "Gue Gak Munafik"

18 Oktober 2022   20:37 Diperbarui: 18 Oktober 2022   21:06 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdoa. Sumber ilustrasi: MERDEKA.COM

Beberapa tahun belakangan ini sedang marak di berbagai platform media sosial mulai dari instagram, tiktok, youtube, facebook, twitter, dan berbagai media lainnya diisi konten-konten unfaedah yang meresahkan. Banyak konten yang khususnya mengumbar kemesraan dengan yang bukan mahromnya, konten joget-joget berhadiah, hingga tema-tema lain yang berpotensi merendahkan harga dan martabat diri sendiri. Mereka rela memperlihatkan sisi buruk diri mereka dengan tujuan menaikkan viewers tanpa memperdulikan untung rugi yang kedepannya tidak ada yang tau, isi pikiran mungkin hanya ingin mengikuti sesuatu yang sedang viral di halaman publik.

Terkadang mereka sadar apa yang dilakukan adalah hal-hal yang berbau keburukan dan membawa mudhorot, akan tetapi demi mencapai target penonton yang banyak dan ramai komentar, dan demi cuan, mereka rela melepas pikiran itu dan membenarkan segala hal yang diperbuatnya. Sebagai contoh penulis menemukan banyak fenomena baik di dunia medsos maupun dunia nyata yang mereka dengan bangganya membuka keburukan mereka dengan alasan "Gue gak munafik". sebenarnya kalimat yang mereka katakan itu bermakna apa dan untuk apa mereka berbuat tersebut? bukankah justru hal tersebut yang disebut unfaedah?

Seperti yang kita ketahui bahwa keburukan dalam diri kita yang belum tampak pada orang lain bahkan seharusnya kita takut kalau nantinya orang lain mengetahuinya disebut dengan "aib". Bahasa lainnya mungkin bisa disebut dengan rahasia sebagaimana hal yang harus dijaga.  Tak ada yang boleh mengetahui aib kita selain Allah SWT dan diri kita sendiri. Setiap menusia pasti memiliki aib, -saya bisa menjamin itu. Aib juga merupakan bentuk kekurangan dalam diri yang dimana berbau negatif dan mengakibatkan rasa malu yang berlebih ketika orang lain mengetahuinya

Dalam ajaran Islam, membuka aib orang lain itu tidak diperbolehkan karena bisa mengakibatkan ghibah atau menggunjing. Dalam hadis dari Abu Barzah al-'Aslamy berkata, Rasulullah SAW menyeru dengan suara keras hingga orang-orang tua pun mendengar seruan beliau, beliau bersabda, "Wahai sekalian manusia yang telah berikrar iman dengan lisannya sedang keimanan belum merasuk ke dalam hatinya, jangalah kalian menghina kaum muslimin dan jangan mengumbar aib mereka, karena barangsiapa yang membuka aib saudaranya maka Allah akan membuka aibnya sehingga nampak jelas di keluarganya." (HR. Ahmad). 

Hadis di atas secara jelas dilarangnya membuka aib orang lain dan menyebarkannya. Lalu bagaimana dengan membuka aib sendiri? Rasulullah SAW bersabda, "Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di pagi harinya ia berkata: "Wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu padahal Allah telah menutupnya dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR. Bukhari dan Muslim). 

Dari dua Hadis di atas dapat disimpulkan bahwa membuka aib apalagi menyebarkannya adalah dilarang, baik aib orang lain maupun aib diri sendiri. Bahkan membuka aib sendiri itu lebih hina daripada membuka aib orang lain yang sudah hina. Oleh karena itu, marilah kita memperbaiki diri, saling mengingatkan, dan sadar akan perbuatan yang buruk itu tidak membawa manfaat. Membuka aib itu tidak ada untungnya, jangan bersebunyi dibalik kata "Gue gak munafik" sebagai alasan untuk membuka aib diri sendiri. Apa sih faedah berbangga diri dengan keburukan kita? apa untungnya memberitakan kemaksiatan kita? sungguh tidak masuk akal orang-orang yang seperti itu. Tentunya hal tersebut disebabkan lemahnya iman dan taqwa kita, bisa juga karena faktor sosial lingkungan sekitar.

Sekali lagi, keburukan dalam diri kita marilah kita jadikan alasan untuk intropeksi diri dan bertobat kepada-Nya, bukan justru dibanggakan kepada orang lain dengan alasan sekadar konten dan mencari eksistensi. Aib itu untuk dijaga, untuk dijadikan acuan berbuat lebih baik dan membuktikan bahwa rasa malu adalah sebagian dari iman.

Allahu a'alam bishowab...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun