Mohon tunggu...
A. W. Priatmojo
A. W. Priatmojo Mohon Tunggu... Penulis-Socialpreneur -

Membaca / Menulis / Socialpreneur https://nyalaruangbaca.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melawan Radikalisme dan Terorisme dengan Literasi

17 Mei 2018   23:21 Diperbarui: 18 Mei 2018   01:22 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melawan Radikalisme dan Terorisme dengan Literasi

Pengamat terorisme UI, Ridwan Habib dalam sebuah wawancara menyampaikan, "Pelaku teror tidak hanya bekerja di lapangan, tapi juga menyerang melalui media sosial. Mereka memelintir isu-isu hingga membuat masyarakat terpecah belah."

Ridwan mengambil contoh kasus terorisme di Marawi, Filipina. Dulu, keadaan di Marawi damai. Tapi ketika muncul isu-isu tentang khilafah dan daulah, masyarakat mulai terpecah. Setelah itu masuklah pasukan bersenjata dan bahkan mampu menguasai Marawi beberapa bulan.

Lebih lanjut, Benedicta Dian Ariska Candra Sari dalam jurnalnya menyampaikan bahwa berdasarkan data yang dihimpun oleh BNPT, terdapat beberapa kasus yang memperlihatkan pengaruh media internet terhadap pembentukan pemikiran radikal seseorang hingga menghasilkan aksi terorisme. Salah satu contohnya, Muhammad Alfian Nurzi yang berasal dari Kalimantan dan Asyahnaz yang berasal dari Kabupaten Bandung. Sebelum berangkat Ke Suriah, mereka kerap menggunakan media online khususnya media sosial dalam berkomunikasi dengan kelompok ISIS.

Dengan masuknya paham radikalisme dan terorisme yang menyerang melalui media sosial, sudah sepatutnya kita ikut melawan balik dengan tulisan-tulisan yang positif, bukannya malah ikut membagikan kabar-kabar hoax, atau ikut berdebat hingga membuat masyarakat terpecah belah.

Lalu apa langkah nyatanya? Pemerintah melalui BNPT maupun Kemendikbud, misalnya, juga bisa melakukan program edukasi dan deradikalisasi melalui bidang literasi ini. Masyarakat perlu dididik literasinya dengan baik agar lebih cerdas dan bijak dalam menggunakan internet. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Apakah kita hanya menyerahkan begitu saja pada pemerintah? Tentu tidak. Pencegahan radikalisme dan terorisme adalah kerja semesta.

Masyarakat juga bisa ikut berperan dalam melawan terorisme terutama melalui media sosial. Selain kita bisa membantu pemerintah dengan melaporkan situs dan akun penyebar kabar hoax atau dianggap berpotensi memecah belah masyarakat, kita bisa juga mengirimkan tulisan-tulisan positif untuk melawan balik tulisan-tulisan yang berpotensi memecah belah itu. Diharapkan tulisan-tulisan positif itu akan lebih tinggi secara kualitas dan kuantitas sehingga dapat menghancurkan tulisan-tulisan yang berbau kekerasan.

Kemudian, saya teringat kembali satu adegan dalam film Zodiac ketika Robert Graysmith seorang kartunis dari San Fransisco Chronicle memutuskan untuk melakukan investigasi sendiri setelah kepolisian belum menemui titik terang dan menghentikan penyelidikan. Istrinya bertanya, "Mengapa kau melakukan ini?"

Graysmith hanya menjawab, "Karena tidak ada orang lain."

Sampai di sini saya tersadar, tidak seperti Graysmith, kita tidak sendiri. Seluruh masyarakat Indonesia masih bisa bersatu, bersama-sama melawan terorisme.

Oleh: A. W. Priatmojo
Penulis. Pegiat literasi. Aktif di Gerakan Menulis Buku Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun