Mohon tunggu...
Agung Wibawanto
Agung Wibawanto Mohon Tunggu... -

Tidak semua orang bisa menjadi penulis hebat, namun seorang penulis hebat bisa berasal dari mana saja... Saya selalu meyakini itu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Haruskah Balas Menggigit Anjing yang Sudah Menggigit Kita?

14 Januari 2017   11:17 Diperbarui: 15 Januari 2017   08:46 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Energi marah apabila didiamkan saja, maka tidak akan berubah atau tidak akan menghasilkan apa-apa. Sebaliknya jika dilampiaskan kepada tindakan-tindakan yang sifatnya destruktif, juga tidak akan merubah keadaan, malah justru akan menyakiti dan merugikan diri sendiri. 

Persoalannya juga, kadang kita mudah menganggap sesuatu itu salah, kemudian menuding penyebab kesalahan, namun tanpa pernah bisa menawarkan solusi atau jalan keluarnya. Maka pelajaran penting dari semangat kekerasan adalah bagaimana mengelola potensi “balas dendam” kepada hal-hal yang positif. Contoh kecil saja, mengapa energi dan kekuatan kelompok tidak disalurkan saja membantu masyarakat korban bencana, misalnya. Tentu akan lebih bermanfaat. 

Kita tidak mungkin terus-terusan menyesali, meratapi dan menyalahkan keadaan. Kita juga butuh kreatif untuk mengatasi masalah. Mengatasi masalah dengan tidak menimbulkan masalah baru. Bagaimana jika ada anggota kelompok kita yang disakiti kelompok lain? Atau bagaimana jika masalah tersebut ditimbulkan oleh kelompok lain? Apa yang diharapkan? Membalas perlakuan yang sama? Kita akan membalas menggigit anjing yang telah menggigit kita? Tentu harus ada teknik, cara dan aturannya. 

Jika kita melakukan hal yang sama, lantas apa bedanya kita dengan kelompok yang anarkis? Kita ingin menghukum orang yang dianggap salah namun dengan cara yang melebihi kesalahan orang tersebut. Seperti seorang Copet, kesalahannya hanya mencopet, namun kita lebih salah lagi karena membunuh beramai-ramai si Pencopet. 

Maka, seburuk apapun sistem dan kinerja aparat hukum kita, saya butuh untuk percaya kepada sistem. Saya butuh mempercayai sesuatu, karena jika tidak mempercayai apapun yang terjadi adalah chaos, huru-hara, dan itu sangat-sangat merugikan, baik untuk diri pribadi, keluarga, kelompok maupun masyarakat kebanyakan. Semoga kita tidak termasuk ke dalam orang-orang yang merugi. 


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun